Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menilai kehadiran satelit orbit rendah Starlink milik SpaceX akan meningkatkan daya saing industri telekomunikasi dalam negeri dan menghindari praktik monopoli.

Usman Kansong, Direktur Informasi dan Humas (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengatakan masuknya Starlink telah dikaji dan dipelajari aspek keekonomiannya, termasuk risiko gangguan terhadap operator lokal.

Usman menjelaskan, satelit-satelit orbit rendah Bumi telah dipelajari dan disesuaikan untuk memastikan persaingan yang muncul kini bukanlah persaingan yang menyeluruh. Artinya, jika acara tersebut dikelola dengan baik maka kepentingan dan pelayanan masyarakat akan menjadi prioritas utama, kata Usman.

“Kalau persaingan tidak ada maka jadi masalah. Artinya akan terjadi monopoli. Kalau monopoli sudah di zona nyaman, kita tidak akan berkembang dan tidak akan berubah,” kata Usman dalam acara Ngopi Bersama yang digelar di Kementerian. Pendidikan. Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Jumat (5 Maret 2024).

Sebagai referensi, saat ini terdapat dua pemain Internet berbasis satelit terbesar di Indonesia: PT Telkom Satelit Indonesia, anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Pasifk Satelit Nusantara (PSN). Keduanya menyediakan layanan internet di daerah pedesaan.

Selain satelit, daerah pedesaan juga dapat mengakses Internet melalui Penyedia Layanan Internet (ISP) lokal. Mereka biasanya menelusuri layanan internet yang didapat dari pemain ISP besar.

Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika berharap masuknya investor asing, termasuk Starlink Indonesia, menjadi peluang untuk mendorong operator lokal meningkatkan pelayanan publik. Usman menambahkan, Starlink akan beroperasi di IKN dan wilayah yang belum terjangkau internet.

Teknologi satelit untuk mengatasi kendala geografis, tidak mungkin masuk ke Jakarta. Fiber optik kita bagus. Fiber optik adalah teknologi komunikasi yang paling kuat. Teknologinya kuat, tetapi lebih mahal dari satelit, atau lebih mahal dari BTS. atau microwave tentunya. “Lokasinya akan kita siapkan kedepannya,” jelasnya.

Seorang pengguna dari Kabupaten Bandung Barat mengklaim kecepatan internet satelit bisa mencapai lebih dari 300Mbps meski dalam kondisi hujan.

Akun Twitter (x.com) @drayanaindra mengunggah tampilan dan kecepatan alat penangkap sinyal Starlink pada Jumat (3/5/2024). Foto yang diunggah memperlihatkan antena berbentuk persegi panjang yang mengarah ke langit. Terdapat kabel yang menghubungkan antena dengan sumber energi.

Akun tersebut mengaku membeli perangkat tersebut seharga Rp 8 juta melalui situs resmi http://starlink.com. Harga tersebut sudah termasuk biaya jasa Rp 750.000/bulan, peralatan Rp 7,8 juta, dan pemasangan/pemasangan Rp 345.000.

“[Lokasi] Cigugur Girang, Parongpong, Bandung Barat,” tulis @drayanaindra seperti dikutip.

Drayanaindra mengklaim pemasangan perangkat tersebut sangat mudah setelah dicolokkan ke sumber listrik. Tidak ada harga tambahan yang akan dikenakan oleh bea cukai.

Drayanaindra mengatakan perangkat itu sebaiknya digunakan di desa-desa dan pedesaan yang tidak terjangkau serat optik. Pasalnya, harga Starlink sangat mahal dibandingkan harga layanan kabel optik.

“Rumah kami di lembah tidak ada layanan FO (fiber optic). “Untuk perumahan pakai FO,” tulisnya.

Ia juga mengatakan dari segi kualitas layanan, meski saat hujan atau mendung, kecepatan internet Starlink tetap tinggi, mencapai lebih dari 300Mbps.

Simak berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel.