Bisnis.com, Jakarta – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan fiber optik masih menjadi teknologi terbaik untuk koneksi Internet berkualitas tinggi. Serat optik telah bertahan dari berbagai gangguan teknologi, termasuk Starlink.

Hal tersebut disampaikan Sekjen APJII Zulfadli Shyam pada Indonesia Internet Exhibition and Conference (IIXS) ke-6 yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran pada Rabu (14/8/2024).

“Karena ada yang percaya, ini masih hipotesis, sampai akhir zaman, sampai akhir dunia, sampai akhir H-1, bahwa fiber optic itu yang terbaik saat ini. bahwa serat optik adalah dasar untuk koneksi Internet berkualitas tinggi, kata Zulfadli.

Menurut Zulfadly, belum ada teknologi yang bisa menggantikan serat optik. Teknologi serat optik memperkuat apa yang biasanya dilakukan serat optik. Sungguh menakjubkan bahwa teknologi ini masih digunakan. Tidak akan ada pengganti untuk teknologi ini hingga H-1 kiamat, tetapi itulah teknologi masa kini, katanya.

Lebih lanjut Zulfadli mengatakan implementasi Fiber to the Home (FTTH) masih kurang dari 30%. Artinya FTTH diharapkan dapat diterapkan di perkotaan atau pinggiran kota termasuk pedesaan.

Untuk itu, Zulfadly menilai industri internet membutuhkan teknologi fiber optic agar bisa berkembang lebih baik. Hal ini sejalan dengan 49% anggota APJII yang meyakini industri masih dalam fase pertumbuhan. 

Di sisi lain, kepadatan penduduk seringkali menjadi masalah dari sudut pandang para pengusaha internet. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tiang listrik yang tersebar di pemukiman penduduk dan masih menjadi permasalahan di setiap provinsi tanah air.

“Pertama minta interkoneksi lebih cepat, soal estetika kalau disampaikan cepat dengan fiber optik. “Jadi ke depannya bagaimana bagaimana memvalidasi teknologi dengan estetika, sekarang ini menjadi pekerjaan rumah semua provinsi,” ujarnya.

Berdasarkan Survei Internet Indonesia Tahun 2024 yang dirilis APJII menunjukkan tingkat penetrasi Internet di Indonesia masih sebesar 82,18% di perkotaan dan kontribusinya mencapai 69,49%. Sedangkan penetrasi di perdesaan mencapai 74% dan kontribusinya hanya 30,51%.

Dilihat dari gender, tingkat penetrasi internet di Indonesia sebesar 87,66% oleh laki-laki dengan kontribusi sebesar 50,89%. Sedangkan penetrasi internet oleh perempuan sebesar 85,52% dengan kontribusi sebesar 49,11%.

Berdasarkan kelompok umur, penetrasi internet tertinggi berasal dari generasi milenial sebesar 93,17%. Generasi ini lahir antara tahun 1981-1996 atau antara usia 28-43 tahun. 87,02% anak usia 12-27 tahun yang lahir antara tahun 1997-2012 mengikuti Gen Z.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel