Bisnis.com, Jakarta – Pengamat telekomunikasi memperkirakan pelanggan operator seluler eksisting akan tetap ada meski layanan satelit Starlink milik Elon Musk sudah hampir dua bulan beroperasi di Indonesia.

Kepala Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel, Sigit Puspito Vigati Jarot, berharap kehadiran Starlink di Indonesia tidak mengganggu jumlah pengguna operator seluler yang ada.

Seperti diketahui, operator telekomunikasi di Indonesia adalah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) dan PT KSL Akiata Tbk. (MATIKAN).

Menurut Sigit, untuk melihat dampak kehadiran Starlink di Indonesia perlu dianalisa secara detail hingga ke tingkat kota atau kabupaten.

“Sehingga bisa dikelola secara lebih konstruktif dengan meningkatkan kualitas layanan sinyal seluler, bahkan ada proyeksi kapan kawasan tersebut akan ditingkatkan dengan teknologi yang lebih baru,” kata Sigit kepada Bisnis, Senin (15/07/2024).

Dihubungi terpisah, Pengamat Telekomunikasi sekaligus Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Komputasi Institut Bandung (STEI ITB) Agung Harsojo mengatakan rata-rata pendapatan per unit (ARPU) operator telepon seluler tidak banyak terpengaruh meski Starlink sudah hampir beroperasi di Indonesia. dua bulan.

Pasalnya, lanjut Agung, harga bulanan Starlink yang paling murah relatif jauh di atas biaya layanan seluler atau Fiber To The Home (FTTH).

“Menurut harga perangkat dan informasi biaya bulanan, Starlink belum menjadi pesaing di industri seluler atau FTTH [Fixed Broadband].” “Sebagian besar pelanggan seluler/FTTH belum beralih ke Starlink,” kata Agung kepada Business.

Selain itu, Agung menilai Starlink belum atau belum menjadi pesaing operator seluler. Pasalnya, jumlah Base Transceiver Station (BTS) yang tersebar di seluruh kota mencapai ratusan ribu, dan kapasitas yang ada sangat besar.

Perlu diketahui bahwa BTS berfungsi mengirim dan menerima sinyal radio ke perangkat komunikasi seperti telepon rumah, telepon seluler, dan perangkat lainnya.

Berdasarkan catatan dunia usaha, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebutkan terdapat 600.000 menara BTS yang dikerahkan di seluruh Indonesia untuk mendukung jangkauan seluler dan gelombang mikro. Rinciannya antara lain 2G 152.345 unit, 3G 1.226 unit, 456.604 unit 4G, dan 5G 406 unit.

Di sisi lain, Agung mengatakan jumlah satelit Starlink yang melayani Indonesia hanya berjumlah ratusan. Jadi mereka tidak bisa dibandingkan.

“Kehadiran Starlink bagi industri-industri yang ada merupakan sebuah wake up call bagi industri-industri yang ada untuk bekerja lebih keras agar lebih efisien dalam mengeluarkan modal/biaya operasional, agar harga jasa semakin kompetitif dan kualitas layanan [KoS] semakin meningkat,” ujarnya. .

Mengutip catatan investor yang dipublikasikan di situs resmi masing-masing operator seluler, Telkomsel memiliki 159,7 juta pengguna pada kuartal I 2024 dengan produktivitas dan kualitas pengguna yang lebih tinggi sekaligus mencapai 8,9 juta IndiHome B2C. Pelanggan terdorong oleh peningkatan produk Telkomsel dan inisiatif cross-selling.

Sementara Indosat mengalami pertumbuhan 2,3 juta pelanggan dari 98,5 juta pada kuartal I 2023 menjadi 100,8 juta pada periode yang sama tahun ini.

Pertumbuhan pelanggan Indosat ditopang oleh pelanggan prabayar yang tumbuh sebesar 2,4 juta pelanggan dari 96,9 juta pelanggan pada kuartal I tahun 2023 menjadi 99,3 juta pelanggan pada kuartal I tahun 2024.

Sementara itu, KSL Akiata memiliki 57,6 juta pelanggan pada kuartal pertama tahun 2024, turun tipis 0,4% year-on-year (y-o-y) dibandingkan 57,9 pelanggan pada tiga bulan pertama tahun lalu.

Lebih detailnya, penurunan pengguna KSL Akiat disebabkan oleh berkurangnya jumlah pengguna prabayar menjadi 56 juta sebelum memiliki 56,4 juta pengguna. Di sisi lain, pengguna pascabayar meningkat dari 1,5 juta pada Q1 2023 menjadi 1,6 juta pengguna pada Q1 2024.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan VA Channel