Bisnis.com, Jakarta – Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) khawatir bisnis internet berbasis satelit tidak akan bertahan dalam lima tahun ke depan karena Starlink beroperasi secara legal di Indonesia. Satelit orbit rendah Elon Musk menawarkan produk berbiaya sangat rendah.

Sekretaris Jenderal ASSI, Sigit Jatiputro mengatakan, kekhawatiran tersebut seiring dengan banyaknya pelanggan Very New Aperture Terminal (VSAT) yang diinformasikan untuk bermigrasi ke Starlink.

Pergerakan pelanggan ini disebabkan oleh harga berlangganan dan harga peralatan Starlink yang lebih rendah dibandingkan yang ditawarkan oleh pemain VSAT lokal.

Misalnya, Sigit mengatakan, internet VSAT lokal unlimited dibanderol Rp3,5 juta per bulan, sedangkan Starlink unlimited hanya Rp750.000 per bulan.

Begitu pula perlengkapan pemain lokal dibanderol Rp 9,1 juta, sedangkan yang ditawarkan Starlink dibanderol Rp 4,6 juta.

Dari situ, SIGIT mengamati bahwa para pemain VSAT lokal sudah melihat tanda-tanda penurunan penjualan di sektor bisnis komersial dan ritel, bahkan sejak Starlink diluncurkan di Indonesia efektif 19 Mei 2024.

“VSAT jarang digunakan di toko-toko, apalagi di bisnis. Oleh karena itu, Starlink residensial bisa digunakan untuk bisnis termasuk pertokoan,” kata Sigit saat ditemui di Gedung Komisi Persaingan Usaha (KPPU) di Jakarta, Rabu (29/5/2024).

Saat ini, Sigit menyebutkan, terdapat sekitar 15 pemain VSAT lokal di Indonesia. Menurutnya, hal serupa juga dirasakan oleh lima belas perusahaan VSAT terhadap keberadaan satelit layanan Internet milik Elon Musk.

“Kalau keterlaluan, pemain VSAT dalam negeri bisa tidak bertahan setahun,” ujarnya.

Pasalnya, harga yang ditawarkan jauh lebih murah dibandingkan pemain lokal. Menurutnya, rendahnya biaya Starlink membuat pemain yang sudah ada tidak akan maju.

“Semua orang sangat menderita karena harganya. Bagaimana kamu akan hidup?” dia menambahkan.

Meski demikian, SIGIT mengakui pihaknya hanya mengikuti jalur terbaik yang ditentukan pemerintah.

“Kita dengar saja, kalau perusahaan boleh di sini, berarti pemerintah sudah mempertimbangkan untung dan ruginya, kita ikut saja. Kalau pemerintah merasa itu bagus, maka kita lakukan itu. ,” dia berkata.

Di sisi lain, SIGIT meyakini bisnis fiber optik seperti IndiHome CS akan tetap kokoh di tengah masuknya Starlink. Namun jika Starlink meningkatkan kapasitas komersialnya, maka akan mengancam pemain lokal

“Kita belum tahu pasti. Tapi menurut saya, lima tahun lagi (pemain lokal) akan terkena dampaknya, semua orang akan terkena dampaknya,” ucapnya.

Namun ASSI juga khawatir Starlink bisa menjadi ancaman bagi pemain seluler GSM. “Karena kita tahu, mungkin Starlink yang bergerak di bisnis direct hardware akan berpindah langsung ke ponsel tahun depan. Ia menyimpulkan, “Ini adalah langkah lain yang akan menimbulkan ancaman bagi pekerja GSM, meskipun mereka bermain di pedesaan dan perkotaan.”

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel