Bisnis.com, JAKARTA – Layanan internet Starlink milik Elon Musk kembali menurunkan harga hingga 50% atau separuh harga perangkat kerasnya dari harga awal masuk di Indonesia yakni Rp 7,8 juta.

Berdasarkan situs resmi Starlink yang dikutip Rabu (14/08/2024), harga hardware Starlink kini Rp 3,9 juta. Penurunan harga ini juga sebelumnya dilakukan menjadi 5,9 juta kroner Denmark. Rp.

Penurunan harga perangkat Starlink hanya berlaku hingga 16 September 2024.

Penawaran terbatas – berakhir 16 September 2024 Rp 3,9 juta untuk perangkat keras, demikian informasi yang dikutip.

Sedangkan harga layanan bulanan termurah atau paket standar Starlink masih dibanderol Rp 750.000 dengan kuota unlimited.

Perangkat keras Starlink yang pertama kali dipasarkan di Indonesia dibanderol dengan harga Rp 7,8 juta. Sementara itu, komunitas internet Elon Musk diketahui telah menurunkan harga sebanyak tiga kali.

Setelah Starlink resmi beroperasi pertama kali di Indonesia, harga perangkat Starlink turun hingga 40% dari Rp 7,8 juta menjadi Rp 4,68 juta hingga 10/06/2024.

Setelah itu, unit Starlink kembali turun tanpa batas waktu dari Rp 7,8 juta menjadi Rp 5,9 juta. Terbaru, Starlink terlihat menurunkan harga perangkatnya menjadi Rp3,9 juta dari sebelumnya Rp5,9 juta.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Bisnis.com, perwakilan PT Starlink Services Indonesia pernah membantah tudingan meremehkan Starlink dalam menyediakan layanan Internet di Indonesia.

Predatory pricing sendiri merupakan praktik dimana perusahaan menetapkan harga suatu produk atau jasa di bawah biaya produksi dalam jangka waktu tertentu. Akibatnya, praktik tersebut dapat menimbulkan monopoli dan persaingan tidak sehat.

Tim kuasa hukum Starlink Indonesia, Krishna Vesa mengatakan, penawaran yang ditawarkan Starlink adalah hal yang wajar.

“Tidak ada harga lanjutan, saat ini tidak ada, dan promosi yang dilakukan Starlink merupakan hal biasa yang diperbolehkan oleh undang-undang,” kata Krishna saat ditemui di Gedung Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Jakarta, Rabu (29). /5/2024).

Krishna juga menegaskan, Starlink Services Indonesia tidak mendapat perlakuan khusus dari pemerintah. “Pemerintah tidak menggelar karpet merah untuk Starlink,” tegasnya.

Heru Sutadi, CEO Institut ICT Indonesia, secara terpisah meminta pengawasan terhadap Starlink.

Makanya saya bilang [Starlink] akan diawasi, diawasi. Jangan terlalu dini bilang [Starlink] tidak ada undercuttingnya,” kata Heru, Selasa (11/6/2024).

Kondisi ini mengingat pasar Indonesia secara umum sudah mengetahui harga produk. Artinya, kata Heru, jika ada dua atau tiga produk, maka masyarakat akan memilih produk yang paling murah. Jadi bagi pemain yang baru masuk ke pasar Indonesia, mau tidak mau akan menawarkan harga murah.

“Jika tidak, tidak ada seorang pun yang mau meninggalkan layanan berlangganannya kecuali mereka menawarkan harga yang lebih murah dan kecepatan yang lebih tinggi,” jelasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel