Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merespons situasi bangkrutnya pabrik tekstil dalam negeri hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).

Salah satu perusahaan yang berisiko bangkrut dan didepak adalah PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex yang merupakan produsen tekstil besar di Asia Tenggara.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pihaknya masih perlu mendalami penyebab jatuh bebasnya TPT dalam beberapa tahun terakhir.

“Iya, kita harus lihat bisnis apa yang dimiliki Sritex Group. Apakah bangkrut hanya karena tekstil, apakah ada permasalahan lain yang dihadapi lembaga tersebut,” kata Agus di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (24/6/) 2024).

Ternyata, berdasarkan laporan keuangan SRIL Desember 2024, penjualan pabrikan tersebut diperkirakan mencapai USD 325,08 juta atau setara Rp 5,01 triliun. Capaian tersebut turun 38,02% dibandingkan tahun 2022 yang mencapai USD 524,56 juta.

Pendapatan SRIL didorong oleh penjualan ekspor sebesar USD 158,66 juta, sedangkan penjualan domestik tercatat sebesar USD 166,41 juta. Kedua segmen penjualan ini akan mengalami penurunan pada tahun 2023.

Sritex juga akan memenuhi Klaim Permanen (PHK) hingga tahun 2025. Manajemen Sritex mengatakan, sebagai bagian dari upaya SRIL untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan biaya produksi, SRIL melakukan beberapa langkah, salah satunya adalah PHK.

“Untuk mengatasi kondisi tersebut, grup melakukan upaya untuk meningkatkan penjualan dan efisiensi biaya dengan melakukan pemutusan hubungan kerja secara berkala hingga tahun 2025,” kata manajemen.

Hingga 31 Desember 2023, Sritex telah mencatatkan total 14.138 karyawan tetap. Jumlah tersebut tidak akan mencapai level 16.370 pekerja pada tahun 2022.

Saat ini, menurut informasi Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPN), sudah ada 6 pabrik yang tutup sejak awal Juni 2024, antara lain PT S Dupantex di Jawa Tengah (700 di-PHK), PT Alenatex di Jawa Barat (700 di-PHK) , PT Kusumahadi Santosa di Jawa Tengah (500 pekerja di-PHK), PT Kusumaputra Santosa di Jawa Tengah (400 pekerja).

Kemudian PT Pamor Spinning Mills di Jawa Tengah (700 PHK) dan PT Sai Apparel di Jawa Tengah (8.000 PHK). Kini juga ada pabrik tekstil yang meningkatkan kualitas pekerjanya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA