Bisnis.com, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan di dunia internasional bahwa perekonomian Indonesia sudah berkali-kali pulih. Meski harus menghadapi banyak krisis, seperti sejak tahun 1998 hingga pandemi Covid-19.

Tragedi tahun 1998 menyaksikan pecahnya kerusuhan besar-besaran di beberapa wilayah Jakarta dan kota-kota besar. Indonesia Mengakibatkan kelumpuhan perekonomian. protes anti-pemerintah dan pembangkangan sipil Pemberontakan mencapai puncaknya pada tanggal 21 Mei 1998, ketika Presiden Soeharto Pemimpin Indonesia saat itu mengundurkan diri.

Kerusuhan ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan pokok. Setelah rupiah melemah Korupsi yang meluas dan penutupan bank secara paksa

Situasi ini membuat pemulihan Indonesia menjadi mahal. Termasuk melalui Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang juga menjadi saluran bagi pemilik bank untuk melakukan korupsi.

Krisis ini terulang kembali pada tahun 2008 karena jatuhnya pasar perumahan sekunder Amerika. Pada saat itu, pemerintah berupaya membantu Bank Century untuk menghindari terulangnya kejadian tahun 1998, namun terdapat contoh penggunaan kekuasaannya untuk melakukan banyak kesalahan. acara ini.

Sebelas tahun kemudian, Indonesia kembali menghadapi krisis ekonomi akibat penyebaran COVID-19. Memberikan tekanan lagi pada perekonomian. Saat ini, meskipun banyak negara masih berjuang untuk pulih, Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil di angka 5%.

“Tetapi Indonesia telah menunjukkan ketahanannya setelah krisis keuangan 1997-1998. “Kami telah melakukan banyak reformasi,” katanya kepada Fitch 2024 di Hotel Mandarin Oriental, Rabu (15 Mei 2024).

Kata bendahara pada konferensi global baru-baru ini Pertemuan tersebut dihadirinya di Arab Saudi, Prancis, dan Georgia, banyak negara yang mengaku belum pulih dari guncangan pandemi COVID-19.

Pada saat yang sama, banyak negara juga menghadapi tantangan baru lainnya. Pertama, harga komoditas global yang masih tinggi. Suku bunga Federal Reserve tetap tinggi untuk waktu yang lama. Dan ketegangan geopolitik semakin meningkat.

“Jadi kondisi ini tidak mudah bagi negara mana pun. untuk melakukan bisnis Lebih-lebih lagi, Geopolitik akan membuat proses pengambilan keputusan menjadi sangat rumit,” jelasnya.

Ia yakin situasi krisis ekonomi dan keuangan saja masih bisa diselesaikan dengan relatif mudah. Hal ini berbeda dengan krisis geopolitik yang lebih sulit diselesaikan.

Hal ini terlihat dari konflik yang belum terselesaikan antara Rusia dan Ukraina. Serta konflik yang masih tegang dan meluas antara Hamas dan Israel.

“Kemudian Anda harus memutuskan apakah ini benar-benar aman dan apakah ini zona teman atau zona musuh. Itu adalah sesuatu yang kita semua harus khawatirkan,” jelasnya.

Melihat kembali ke tahun lalu Perekonomian Indonesia tetap kuat atau berketahanan. dan inflasi terkendali dalam kisaran sasaran pemerintah. Inflasi tahunan pada akhir tahun 2023 sebesar 2,61%, turun signifikan dibandingkan tahun 2022 sebesar 5,51%.

Banyak lembaga internasional juga memperkirakan perekonomian Indonesia akan stabil pada angka 5% pada tahun ini dan tahun depan.

Salah satunya adalah Dana Moneter Internasional (IMF) yang kembali mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% pada tahun 2024.

Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan perekonomian Indonesia tahun 2025 menjadi 5,1%, meskipun prospek perekonomian tahun ini tetap tidak berubah.

Dibandingkan dengan lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand), perekonomian Indonesia melebihi rata-rata pertumbuhan sebesar 4,5% yang diproyeksikan oleh lima negara ASEAN pada tahun 2024.

Perekonomian Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan akan melampaui perekonomian Malaysia, Singapura, dan Thailand yang masing-masing sebesar 4,4%, 2,1%, dan 2,7%. Sementara itu, target pertumbuhan ekonomi pemerintah pada tahun ini adalah sebesar 5,2% (year-on-year).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.