Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani akan melakukan survei untuk mengukur dampak ekonomi dari restrukturisasi penyaluran subsidi BBM, listrik, LPG, dan pupuk.

Hal itu diungkapkan Sri Mulyani usai pertemuan kemarin dengan para menteri dan lembaga terkait di lingkungan Departemen Energi dan Mineral (ESDM). 

Sri Mulyani menegaskan pendanaan harus dikelola dengan baik agar berkeadilan. Hal ini sesuai instruksi Presiden Prabowo Subianto.

“Kami berdiskusi dan sepakat untuk melakukan beberapa kajian untuk mengukur dampaknya, terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi, daya beli masyarakat, dan tingkat kemiskinan,” kata Sri Mulyani dalam akun Instagramnya, @smindrawati, Selasa (11/5/2024).

Ia pun memastikan pemerintah akan mencermatinya agar pendanaan ini dapat dikelola dengan baik dan efisien. Sri Mulyani menegaskan, pendanaan harus tepat sasaran dan masyarakat bisa merasakan manfaatnya.

“Selanjutnya yang kurang penting adalah menjaga kesehatan dan kinerja APBN,” imbuhnya.

Secara terpisah, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, rencana penyaluran subsidi BBM dan listrik baru akan diputuskan setelah selesainya pendataan dari PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero) dan BPH Migas.

Ia mengatakan, pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan rencana yang tepat untuk distribusi bahan bakar dan listrik. Menurutnya, keputusan harus diambil dengan hati-hati.  

“Latihan intensif masih kami lakukan karena harus hati-hati. Karena harus menunggu laporan detail dari teman-teman Pertamina, BPH Migas, dan PLN,” kata Bahlil.

Khusus BBM, Bahlil sebelumnya mengungkapkan pemerintah menyiapkan dua cara penyaluran subsidi yang tengah dikaji.

Pertama, penyaluran langsung kepada masyarakat dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT). Dalam hal ini, BBM akan dipasarkan dengan harga pasar, dan masyarakat miskin akan membelinya dengan harga pasar dan uang BLT.  

Kedua, saat ini sudah ada proses integrasi antara BLT dan pendanaan terbuka. Artinya dalam hitungan detik harga BBM naik, namun tetap bersubsidi dan kenaikan harga tersebut dikompensasi dengan BLT.

Bahlil pun menilai opsi pengalihan BBM bersubsidi ke BLT merupakan pilihan terkuat.

“BLT itu salah satu opsi dan nanti akan diputuskan. Dan saya kira di situlah opsinya paling dipersempit,” tuturnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA