Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjajaki beberapa pertemuan di Eropa, salah satunya ASEAN+3 dan Pertemuan Tahunan Asian Development Bank (ADB) di Georgia, setelah sebelumnya singgah di Prancis. .
Pada pertemuan ASEAN+3 tersebut, ASEAN plus Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok akan membahas berbagai perkembangan di bidang kerja sama Kementerian Keuangan dan Bank Sentral.
“Banyak diskusi penting hari ini mengenai bagaimana ASEAN+3 menyikapi perkembangan perekonomian dunia dan khususnya ketegangan geopolitik yang akan mempengaruhi kinerja perekonomian ASEAN+3,” ujarnya, seperti dikutip dari Instagram, Sabtu (4/5). /2024 ).
Selain itu, mantan eksekutif Bank Dunia ini juga melaporkan diskusi mengenai jaring pengaman keuangan, yaitu jaring pengaman keuangan regional di bawah Inisiatif Chiang Mai (CMI) yang sedang diperbarui dengan beberapa instrumen baru.
Dalam pertemuan tersebut, Sri Mulyani juga bertemu dengan Presiden ADB Masatsugu Asakawa untuk membahas kegiatan Indonesia dengan ADB, khususnya di bidang peralatan transmisi listrik.
Dimana ADB memberikan dukungan penuh, salah satunya dengan penghentian bertahap PLTU Cirebon-1 berkapasitas 660 MW.
“Saya menyampaikan komitmen sejati Indonesia terhadap transisi energi ini,” ujarnya.
Di sisi lain, Masatsugu mengalihkan perhatiannya ke Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim (CFMCA).
Menurutnya, ini merupakan inisiatif yang sangat menarik dan didukung luas oleh beberapa negara maju.
“Kami juga membicarakan gejolak perekonomian global yang sangat dinamis. “Indonesia sendiri meskipun dalam beberapa aspek perekonomian sangat sehat, namun harus diharapkan dengan kebijakan yang proaktif untuk mengatasi tekanan makro,” lanjut Sri Mulyani.
Pada saat yang sama, pertemuan ADB ini menghasilkan tambahan pendanaan senilai US$5 miliar untuk Asian Development Fund (ADF) 14 dan Special Technical Assistance Fund (TASF) ADB 8 .
ADF merupakan sumber hibah terbesar ADB untuk operasi di negara-negara anggota berkembang yang termiskin dan paling rentan dan diperbarui setiap 4 tahun.
ADF 14 memprioritaskan dukungan khusus untuk negara-negara berkembang kepulauan kecil, yang sangat rentan – terutama terhadap perubahan iklim – dan negara-negara yang berada dalam situasi rentan dan terkena dampak konflik.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel