Bisnis.com, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan kemungkinan penggantian PLTU yang akan segera pensiun menjadi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). 

Kepala Pengembangan Teknologi Nuklir BRIN Suparman mengatakan timnya telah memetakan beberapa lokasi PLTU yang bisa segera dipensiunkan dan layak dibangun PLTN sepanjang kapasitasnya mencukupi untuk reaktor yang digunakan. 

Jadi mesin yang dipakai itu thermal generator, rata-rata saat ini PLTU 500 megawatt [MW] bisa kita manfaatkan kembali ya, 300 MW bisa 100MW apalagi 100MW, kata Suparman saat ditemui. Bisnis, Kamis (10/10/2024). 

Suparman mengatakan, saat ini belum ada negara yang melakukan konversi PLTU menjadi PLTN. Namun, dia tidak memungkiri kemungkinan tersebut bisa terwujud karena sudah banyak rencana penggantian batu bara dengan senjata nuklir. 

Artinya kita bisa mengganti PLTU dengan PLTN, kita bisa mengganti PLTU boiler dengan tenaga nuklir, kita masih bisa menggunakan yang lain seperti mesin dan genset, artinya tidak ada gunanya kalau misalnya. , PLTUnya sudah diganti, dan sisanya masih bisa digunakan,” ujarnya. 

Namun, dia menegaskan, untuk berpindah dari PLTU ke PLTN perlu mempertimbangkan luas dan lokasi kantor pusat. Pemilihan lokasi untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir sangat selektif. 

“Harus tempatnya yang memungkinkan terjadinya tsunami, gempa besar, harus ada kerusakan akibat gempa, jadi kita harus lihat, tidak semua PLTU, karena perlu tempat yang tepat,” ujarnya. 

Sebelumnya, Ketua Komite Pakar Dewan Pakar Teknik Nuklir Persatuan Insinyur Indonesia Anhar Riza Antariksawan mengatakan, mengingat lokasi PLTN harus memenuhi 70 kriteria dan mengikutsertakan pengurus Tenaga Atom Internasional Badan (IAEA). ). ). 

Meski demikian, Anhar menilai Indonesia harus segera mengambil langkah untuk mulai beralih dari batu bara ke energi nuklir. Selain itu, di antara negara-negara G20 dan G7, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang belum memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir. 

“Iklim global dan semua orang sedang mempertimbangkan energi nuklir karena tidak mungkin kita mendedikasikan kembali diri kita pada lingkungan dan kedaulatan energi,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA