Bisnis.com, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklarifikasi kemungkinan penutupan 20 Bank Ekonomi Rakyat (BPR) pada 2024. Regulator mengindikasikan angka tersebut masih bisa berubah.

Diana Adina Rey, Direktur Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK, mengatakan jumlah tersebut belum ditetapkan dan masih bisa berubah.

“Kemarin banyak BPR yang sehat dan bisa sehat kembali. Itu terlalu banyak. Namun, [ada] masyarakat yang tidak bisa tertolong, makanya kami serahkan ke Lembaga Penjamin Simpanan [LPS]. ujarnya, sesuai agenda Business Indonesia Midyear Challenge 2024 pada Senin (29/7/2024).

Menurut Diana, kerja sama antara OJK dan LPS berjalan lancar. Masyarakat juga mengharapkan penyelesaian segera atas permasalahan penutupan BPR. 

Jadi masyarakat senang banget karena uangnya terjamin. LPS kemudian melakukan pembayaran cepat atas dana nasabah yang disimpan di BPR, ujarnya. 

Diana mengatakan penutupan BPR merupakan langkah wajar untuk menjaga stabilitas dan kesehatan seluruh sistem perbankan. Sebenarnya keadaan ini lumrah dan bisa terjadi dimana saja, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara lain seperti China.

“Iya, tapi kalau misalnya seperti dulu 1 atau 2 BPR tutup, itu wajar. “Padahal, untuk menjaga sistem tetap sehat, terkadang kita harus bersikap tegas,” ujarnya

Sebagai catatan dunia usaha, pada pekan kelima Juli 2024, jumlah bank yang tutup di OJK mencapai 14 perusahaan. Baru-baru ini, OJK mencabut izin usaha PT BPR Sambar Artha Waru Agung di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Artinya, total belasan bank yang tutup itu adalah BPR. 

Diana mengatakan, tingginya pertumbuhan ekonomi sebenarnya ditentukan oleh kinerja sistem keuangan, termasuk perbankan.  

Maka tidak heran jika Dirut Perbankan OJK menutup beberapa BPR, sekitar 20 BPR ditutup, semua dalam rangka penguatan sektor keuangan, jelasnya.

Secara keseluruhan kinerja BPR sangat baik, namun OJK tidak memungkiri bahwa ada BPR yang seharusnya memberikan peran penting bagi UMKM yang masih memiliki permasalahan signifikan seperti penipuan.  

“Jadi bagian penting dari bagaimana kita memperkuat pertumbuhan perbankan ke depan, yaitu meningkatkan integritas sistem, perlu dilakukan,” ujarnya. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel