Bisnis.com, Jakarta – Beroperasinya fasilitas pengolahan atau peleburan konsentrat tembaga baru PT Freeport Indonesia membuka jalan bagi perseroan untuk memperoleh hak eksploitasi jangka panjang di tambang Grasberg di Mimika, Papua tengah.

Dalam aturan terbaru, pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dengan smelter terintegrasi di dalam negeri dan minimal 51% sahamnya dimiliki Indonesia bisa memperpanjang kontrak jika memiliki cadangan.

Syarat lainnya, pemilik IUPK harus menandatangani perjanjian jual beli saham baru minimal 10% dari total kepemilikannya di BUMN dan memiliki komitmen investasi baru berupa peningkatan kapasitas smelter.

Tahun 2024 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. 25, 2021 no. 96, ketentuan ini dituangkan dalam Keputusan Pemerintah Republik Indonesia.

Bahlil mengatakan Freeport memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian perpanjangan IUPK yang ditandatangani pada 2018 dengan mengoperasikan smelter Freeport di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur. Untuk itu, pemerintah sepakat memperpanjang kontrak dengan Freeport setelah IUPK berakhir pada 2041.

Berdasarkan hal itu, kemarin saya ikut tim perunding dengan Menteri ESDM untuk memperpanjang [perjanjian] Freeport, dan saya merasa agak tidak adil kalau tidak diperpanjang lagi karena kita yang membangun smelter. di Grecic,” kata Bahlil saat peresmian smelter Freeport di Grecic, Kamis (27/6/2024).

Selain itu, lanjut Bahlil, Indonesia akan meningkatkan sahamnya di Freeport Indonesia sebesar 10%, sehingga pangsa Indonesia akan meningkat dari saat ini 51% menjadi 61%.

Di sisi lain, Freeport juga sepakat membangun smelter lagi di Papua, kata Bahlil. Hal ini harus dilakukan agar masyarakat Papua juga merasakan multiplier effect dari pembangunan smelter tersebut.

Bahlil meyakinkan pemerintah akan menyelesaikan proses perpanjangan IUPK Freeport secepatnya. Namun semua itu bergantung pada kepatuhan Freeport terhadap persyaratan pemerintah agar perpanjangan ini bisa dilaksanakan.

Sebab Freeport bukan lagi milik Freeport McMoran. 51%-nya dimiliki oleh BUMN dan jika ditambah 10% lagi, maka 61%-nya dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Kalau begitu, buat apa mempersulit negara kita, kata Bahlil.

Sementara itu, Presiden Freeport Indonesia Tony Venas mengatakan rencana pembangunan smelter di Papua dan peningkatan kepemilikan saham Indonesia di Freeport hingga 10% masih dalam pembahasan antara pihaknya dan pemerintah.

Semua itu masih dibahas dan diselesaikan dengan pemerintah. “Tetapi ada kesepakatan tambahan 10% saham pada tahun 2041. Setelah itu, kami akan mengkaji untuk membangun smelter baru lagi di Papua,” kata Tony. Pabrik Metalurgi Manyar

Freeport resmi mengoperasikan smelter tembaga barunya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur.

Pabrik peleburan tembaga satu jalur terbesar di dunia ini dapat memurnikan konsentrat tembaga dan memproduksi 600-700.000 katoda tembaga per tahun dengan kapasitas input 1,7 juta ton konsentrat.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlanga Hartarto memuji Freeport yang mampu menyelesaikan pembangunan smelternya dalam waktu 30 bulan sejak groundbreaking sebagai komitmen pemenuhan perjanjian IUPK.

Alhamdulillah ini bagian dari perjanjian IUPK dan hasil terbesarnya terjadi hari ini, karena kita lihat 3-4 tahun ke depan tidak ada yang bisa membangun smelter seperti itu di lahan 100 hektare. kalau dipikir-pikir sekarang, butuh waktu 4-5 tahun lagi untuk bisa berproduksi,” ujarnya. Kata Airlanga saat peresmian smelter Freeport, Kamis (27/6/2024).

Sementara itu, Presiden Freeport Indonesia Tony Venas mengungkapkan total nilai investasi proyek yang mencakup lahan seluas 100 hektare di KEK JIIPE ini mencapai US$3,7 miliar atau Rp58 triliun.

Bersama smelter yang dikelola PT Smelting, keduanya memurnikan 3 juta ton tembaga per tahun, menghasilkan sekitar 1 juta ton tembaga katoda, 50 ton emas, dan 200 ton perak.

Selain itu, Tony mengatakan smelter Freeport sedang dalam pengerjaan, namun belum bisa langsung berproduksi. Freeport memperkirakan dibutuhkan waktu 6-10 minggu sejak smelter tersebut siap berproduksi perdana.

Oleh karena itu, Tony menargetkan smelter Freeport bisa memproduksi tembaga katoda pertama pada Agustus 2024 dan mencapai kapasitas penuh pada akhir 2024.

“Perlu waktu sekitar 6-10 minggu untuk mencapai titik panas tertentu, khususnya tungku. Produksi katoda tembaga pertama akan dilakukan pada pertengahan Agustus. Kita berharap sebelum HUT RI, 17 Agustus 2024,” kata Tony.

Lihat Google Berita dan berita serta artikel lainnya di WA