Bisnis.com, Jakarta: Bank-bank besar di Indonesia seperti PT Bank Madhya Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Tbk untuk PT Bank Negara Indonesia (Persero). (BBNI) memberikan sikapnya setelah Otoritas Jasa Keuangan mendorong perbankan membuka pinjaman mahasiswa dengan bunga lebih murah.

Seperti diketahui, kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang signifikan di berbagai perguruan tinggi negeri atau PTN masih menjadi perdebatan di tengah maraknya protes di kalangan mahasiswa.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadza mengatakan pihaknya bersedia menjajaki skema pinjaman mahasiswa setelah mendapat tekanan atau perintah dari regulator. Bahkan, BCA akan mengambil langkah awal melalui pilot project

“Kami juga akan mempelajari [program pinjaman mahasiswa], siapa yang menerima [calon peminjam], dan mencari tahu apa kebutuhan mereka. Pada dasarnya, kami akan memiliki daftar apa yang perlu kami fokuskan [untuk pinjaman mahasiswa],” dia kata Senin (20/5/2024) kepada awak media di Jakarta.

Menurut dia, risiko yang ada di depan akan bergantung pada peminjam.

Selain itu, Jahza menekankan pentingnya melihat latar belakang perguruan tinggi seorang siswa, terutama jika siswa tersebut sudah mendekati tahap akhir pendidikannya. Sebab, jika mahasiswa tersebut terpaksa putus sekolah sebelum menyelesaikan studinya, maka risiko terlilit utang akan tinggi.

“Kalau [orang yang kita berikan] menjadi orang yang berkualitas lalu melakukan tugasnya dengan baik, maka itu bagus,” imbuhnya.

Hal senada diungkapkan Direktur Senior BSI Harry Gunardi yang juga menyebutkan kemungkinan pinjaman mahasiswa bagi mahasiswa sebagai bagian dari pembiayaan bank.

“Kalau masuk pembiayaan, artinya kita harus mempelajari siapa target pasar kita, lalu kemampuan membayar pinjamannya. Jadi logikanya dana itu harus dikembalikan,” ujarnya.

Sementara itu, selama ini, kata Heri, BSI sudah banyak memberikan beasiswa, namun beasiswa tersebut bukan dalam bentuk pinjaman, melainkan hibah atau hibah (subsidi) yang diberikan sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

“Karena Bank Syariah mempunyai Dana Sosial Bank Syariah,” ujarnya.

Padahal, bank yang pertama kali mencicipi kue produk pinjaman mahasiswa adalah BNI. Namun Direktur Sumber Daya Manusia dan Kepatuhan BNI Mucharom mengatakan program tersebut masih dalam tahap evaluasi ulang.

“Kami tetap memberikan kredit kepada mahasiswa, seiring berjalannya waktu kami melihat program tersebut perlu dikaji ulang, saat ini sedang kami pembenahan,” ujarnya.

Sementara itu, untuk mengantisipasi risiko produk tersebut, Partai telah menyusun pedoman, misalnya melakukan evaluasi universitas dengan riwayat kerjasama antara lembaga pendidikan dan perusahaan.

“[Pinjaman mahasiswa] potensinya bagus. Misalnya beberapa perguruan tinggi sudah bermitra dengan kita, artinya pengelolaan keuangan mahasiswa ada di kita, pengelolaan dana universitas ada di kita,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama BNI Rayke Tumiller juga mengungkapkan, perseroan sedang mempersiapkan program pinjaman pelajar yang cocok untuk pelajar Indonesia. Menurutnya, pelajar Indonesia kini semakin mengenal berbagai produk jasa keuangan, mulai dari tabungan, investasi, hingga pembiayaan.

Selain itu, pelajar Indonesia juga memiliki kemampuan mengelola uang untuk mencapai berbagai tujuan pengembangan karir.

Sedangkan untuk Bank Kampus, kata Royke, produk pembiayaan pendidikan BNI akan memiliki tingkat pembiayaan tiga hingga lima tahun.

Sejauh ini ada lima kampus yang akan menjadi pilot project, antara lain Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Airlanga (Unair).

“Kami berharap produk ini dapat menjadi solusi atas kebutuhan pembiayaan pendidikan yang semakin meningkat. Harapannya, semakin banyak pelajar yang memahami produk perbankan dan memanfaatkannya sebaik-baiknya,” ujarnya dalam keterangan yang ditulis beberapa waktu lalu.

Selain itu, untuk solusi finansial bagi mahasiswa khususnya ITB, saat ini BNI memiliki program cicilan 0% dengan cashback untuk Kartu Kredit Affinity BNI-ITB dengan tenor 3, 6, dan 12 bulan.

Selain itu, terdapat juga program cicilan 0% untuk jenis kartu kredit BNI lainnya dengan tenor 3 dan 6 bulan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Harapannya, program ini dapat menjadi pilihan untuk membantu siswa dan orang tua agar lebih mudah dalam membayar biaya pendidikan atau UKT, tambahnya.

Komentar pengamat

Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo mengapresiasi perbankan di OJK yang terdesak produk pinjaman mahasiswa akibat adanya kejadian mahasiswa terlilit utang dan munculnya kabar kerjasama antar kampus dan pinjaman yang berbeda.

Padahal, kata dia, perbankan bisa menjadikan pinjaman mahasiswa sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Padahal, perbankan dapat memperoleh nasabah potensial di masa depan, memperluas jangkauan nasabah, meningkatkan pendapatan dan menciptakan citra positif sebagai lembaga yang peduli terhadap pendidikan.

Namun, kata dia, kredit mahasiswa yang macet, biaya operasional, dan kurangnya pengalaman mengelola kredit mahasiswa juga menjadi tantangan bagi perbankan.

“Ketidakpastian mengenai peraturan pinjaman mahasiswa dapat menghambat minat bank untuk memasuki bisnis ini,” katanya kepada Business.

Oleh karena itu, menurutnya OJK perlu pengawasan ketat untuk mencegah praktik tidak sehat terkait pinjaman mahasiswa.

“Regulator harus sadar bahwa jalannya tidak mudah. ​​[Regulator harus] membuat skema yang tepat, membangun infrastruktur pendukung dan meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelajar,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel