Bisnis.com, MANGGARAI BARAT – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau teknologi Flying Tower System (FTS) atau drone bertenaga surya milik Mitratel Aalto (Airbus) akan dievaluasi untuk melengkapi infrastruktur darat. 

Teknologi ini akan memainkan peran penting dalam menghadirkan Internet ke daerah pedesaan dan melindungi kedaulatan maritim Indonesia. 

Direktur Utama Mitratel Teodorus Ardi Harto menyatakan FTS yang dimiliki anak perusahaan Airbus, Aalto, tidak akan menggantikan infrastruktur Base Transceiver Station (BTS). 

“Apakah ini akan menggantikan jaringan darat di bawah? bahkan bukan pengganti 100%. “Infrastruktur daratnya masih ada, apalagi di kota-kota besar,” kata pria yang akrab disapa Teddy ini, Selasa (8/6/2024). 

Teddy mengatakan perkotaan membutuhkan layanan telekomunikasi yang kuat dan stabil yang dapat disediakan melalui komunikasi serat optik. 

Mitratel sendiri fokus pada penggelaran fiber, terus menambah jumlah kabel fiber optik yang terkoneksi pada menaranya sepanjang 37.602 kilometer. Perusahaan berencana menambah 14.000 kilometer serat optik pada tahun 2024. 

“Keandalan infrastruktur perluasan serat optik masih jauh lebih tinggi dibandingkan jaringan non-terestrial (satelit dan Haps),” kata Teddy. 

Menurutnya, Indonesia memiliki geografi yang beragam, 60-70 persen wilayah Indonesia merupakan lautan. 

Lautan-lautan ini memerlukan dukungan akses Internet untuk melakukan aktivitas, serta infrastruktur Internet untuk menyimpan dan memantau wilayah lautan yang luas. 

Infrastruktur yang mendukung hal tersebut di lautan, menurut Teddi, adalah infrastruktur di luar jaringan terestrial, seperti fiber optik, oven microwave, dan BTS. 

Mitratel sedang menjajaki kemungkinan melayani wilayah tersebut menggunakan FTS Aalto. 

FTS ini dapat memberikan akses Internet tidak hanya ke ponsel pelanggan, tetapi juga ke sensor komputer atau perangkat yang dikendalikan Internet of Things (IoT).

FTS juga dapat membantu menjaga kedaulatan Indonesia yang wilayahnya dikelilingi oleh lautan, karena FTS dapat memotret objek lebih detail dibandingkan satelit karena titik peluncuran FTS jauh lebih kecil dibandingkan satelit LEO. 

Saat ini, mengenai investasi pada perangkat tersebut, Teddy belum bisa memastikannya karena teknologi FTS masih dalam tahap pengembangan. 

“Investasi masih dalam tahap awal. “Kami masih merespons kebutuhan mitra teknologi potensial kami. Kami jelas melihat peluang pasar yang sangat besar untuk melengkapi infrastruktur darat kami,” kata Teddy. 

Mitratel dan AALTO HAPS Ltd. (AALTO), pengembang dan operator Zephyr High Altitude Platform Station (HAPS) bertenaga surya, telah menandatangani Nota Kesepahaman untuk menjajaki penawaran solusi HAPS komersial di Indonesia. 

Flying Tower System (FTS) atau biasa disebut Flying BTS, Zephyr menghadirkan layanan seluler langsung ke perangkat, termasuk 5G. Drone ini mampu terbang di ketinggian 18-20 kilometer, kemudian memberikan layanan internet dengan latensi lebih rendah. 

Aalto mengatakan di situs resminya bahwa latensi Zephyr 5-10 milidetik jauh lebih rendah dibandingkan Starlink, yaitu sekitar 50 milidetik ke atas. 

Aalto juga mengatakan Haps bisa menjadi solusi koneksi 4G dan 5G di daerah yang sulit dijangkau, terutama di daerah terpencil. 

Pada saat yang sama, beberapa operator menyatakan minatnya untuk menggunakan FTS.  Selamat datang di hal positif

PT Indosat Tbk. (ISAT) terbuka untuk menggunakan teknologi Flying Tower System (FTS) atau Flying BTS yang ditawarkan Mitratel (MTEL) bekerja sama dengan Airbus. Perusahaan akan terus memantau perkembangan teknologi ini. 

“Perusahaan selalu terbuka dalam mengadopsi teknologi baru untuk mempercepat pemerataan akses internet dan digitalisasi di tanah air,” kata Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang kepada Bisnis, Jumat (02/08/2024).

Steve mengatakan strategi ini sejalan dengan misi Indosat untuk menghubungkan dan memberdayakan masyarakat Indonesia untuk memberikan pengalaman digital kelas dunia. 

Indosat, lanjut Steve, secara rutin mengkaji strategi perluasan dan peningkatan kualitas jaringan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 

“Termasuk memasukkan berbagai inovasi teknologi terkini ke dalam infrastruktur jaringan kami,” kata Steve. 

Di sisi lain, Fadli Hamka, Head of Network Planning and Design XL Axiata Group, mengatakan sebagai operator seluler, FTS atau Haps dapat menjadi solusi inovatif untuk memperluas jangkauan jaringan dan mengatasi kesenjangan digital, namun terdapat beberapa kendala teknis. sebelum. untuk diperbaiki mengadopsi teknologi ini. 

Misalnya keberlanjutan dan sumber energi, biaya pengembangan dan operasional, serta regulasi penerbangan dan spektrum, kata Fadli.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel