Bisnis.com, Jakarta – Bank sentral AS, Federal Reserve (FRB), mungkin mengisyaratkan rencananya untuk memangkas suku bunga mulai September pada pertemuannya pekan depan pada 30-31 Juli 2024.
Ekonom yang disurvei oleh Bloomberg mengatakan bahwa jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunganya pada bulan September, maka hal tersebut akan menjadi awal dari apa yang mereka sebut sebagai penurunan suku bunga bulanan sebanyak tiga kali hingga tahun 2025.
Hampir tiga perempat responden mengatakan bank sentral AS akan menggunakan pertemuan tanggal 30-31 Juli untuk memangkas suku bunga sebesar seperempat poin (25 basis poin) pada pertemuan berikutnya pada bulan September 2024.
Para ekonom dengan suara bulat memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada level tertinggi dalam lebih dari 20 tahun pada pertemuan minggu depan.
Survei terhadap 47 ekonom dilakukan antara tanggal 22 dan 24 Juli, setelah Presiden Joe Biden mengundurkan diri dari pemilihan presiden AS tahun 2024.
Pejabat Fed telah melihat dalam beberapa minggu terakhir bahwa kondisi pasar tenaga kerja telah mencapai keseimbangan dan inflasi bergerak menuju target bank sentral sebesar 2%.
Pejabat Fed kini menekankan tujuan bank sentral untuk menciptakan lapangan kerja maksimum dan stabilitas harga ketika mengambil keputusan kebijakan.
“Saya pikir kita mendekati titik di mana kita harus menurunkan suku bunga,” kata Direktur Fed Christopher Waller pekan lalu
Sementara itu, Presiden Fed Chicago Austan Goolsby memperingatkan bahwa meskipun kebijakan moneter diperketat seiring dengan turunnya inflasi, perekonomian tidak begitu antusias.
Hampir dua pertiga pengamat Federal Reserve mengatakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan bahwa para pejabat mengatakan inflasi berada pada jalurnya, sebuah tanda bahwa suku bunga dapat diturunkan. Saya berharap dia akan mengatakan bahwa dia telah mendapatkan kepercayaan…
Namun, lebih dari seperempat ekonom tidak melihat tanda-tanda kenaikan suku bunga pada pertemuan akhir bulan ini.
Sebaliknya, pesan tersebut kemungkinan akan diperkuat dalam beberapa minggu mendatang, seperti pada pidato tahunan Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole, Wyoming, pada akhir Agustus.
Perkiraan median para ekonom mengenai penurunan suku bunga pada bulan September dan Desember kurang positif dibandingkan ekspektasi pasar.
Beberapa investor bertaruh pada pemotongan awal sebesar 0,5 poin persentase, namun para ekonom mengatakan hanya ada 20% kemungkinan hal itu terjadi.
Langkah seperti ini mungkin akan terpaksa dilakukan hanya jika kondisi pasar tenaga kerja, yang saat ini kuat namun tidak terlalu panas, tampak memburuk.
Meskipun tingkat pengangguran masih relatif rendah yaitu 4,1%, namun sebenarnya angka tersebut sedikit meningkat dalam tiga bulan terakhir.
Angka tersebut naik dari level terendah 3,4% pada awal tahun 2023, sehingga meningkatkan kekhawatiran terhadap risiko resesi.
Ekonom Bloomberg berbicara
Kepala ekonom AS, Anna Wong, mengatakan bahwa pasar tenaga kerja masih lemah dan ia memperkirakan tingkat pengangguran akan mencapai 4,5% pada akhir tahun ini.
“Meskipun pasar tenaga kerja telah melemah selama beberapa waktu, kemerosotan ekonomi ini tidak terjadi begitu saja,” katanya.
Pemotongan suku bunga dana federal (FFR) pada bulan September akan terjadi tepat sebelum pemilihan presiden AS pada bulan November 2024.
Dimulainya penurunan suku bunga kurang dari dua bulan sebelum pemilu kemungkinan besar akan mendapat kritik karena motif politik.
Sepertiga ekonom mengatakan pemotongan akan meningkat, yang berarti statistik akan menjadi lebih menarik dari waktu ke waktu, namun sisanya mengatakan waktu pemilu tidak akan mempengaruhi keputusan mengenai biaya pinjaman, kata Powell. Ia mengaku setuju dengan pandangan presiden tersebut.
Pemilihan presiden dan perebutan kendali Kongres telah menciptakan ketidakpastian mengenai hasil kebijakan fiskal AS pada tahun 2025, namun para ekonom mengatakan keputusan Biden untuk mundur dari pencalonan tidak akan mengubah prospek ekonomi.
Sebagian besar responden mengatakan mereka tidak mengubah pandangan mereka terhadap suku bunga atau tingkat pertumbuhan sebagai respons terhadap keputusan presiden tersebut.
Namun sepertiga pengamat The Fed mengatakan ketidakpastian politik akibat pemilu tahun ini meningkatkan risiko penurunan pertumbuhan.
Perubahan kebijakan pajak dan kebijakan belanja akan mempengaruhi perekonomian pada tahun 2025, dan dalam beberapa kasus juga mempengaruhi suku bunga.
“Jika defisit federal memburuk pada tahun 2025, kebijakan moneter harus diperketat dan pertumbuhan akan melambat,” kata Thomas Fullerton, profesor ekonomi di Universitas Texas di El Paso.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel