Bisnis.com, JAKARTA – The Federal Reserve alias The Fed sudah memberikan indikasi jelas bakal memangkas Fed Funds Rate (FFR) pada rapat FOMC mendatang, 17-18 September 2024. Bagaimana dengan BI Rate? 

Ekonom di PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Situmorang mengatakan Bank Indonesia kemungkinan akan mempertahankan BI Rate pada Rapat Gubernur (RDG) berikutnya yang juga sejalan dengan FOMC. 

Hal ini berdasarkan perkiraan FFR BI yang menyatakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada tahun ini. 

“Kami melihat posisi BI yang akan menurunkan suku bunga pada November/Desember 2024. Ingat ada pergantian pimpinan dan pilkada,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (25/8/2024). 

Senada, Chief Financial Officer PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menilai, meski rupiah terlihat menguat terhadap dolar AS seiring penguatan mata uang Asia lainnya, namun BI menilai nilai tukar rupiah masih berada pada level rendah. 

Inilah alasan untuk menunda penurunan suku bunga sampai ada stabilitas yang lebih baik. 

Sementara itu, Joshua menggarisbawahi pernyataan BI yang terus menerus bahwa penurunan BI Rate diperkirakan terjadi pada kuartal IV tahun 2024. 

“Pernyataan BI tersebut mengindikasikan bahwa BI akan terus menunggu sinyal jelas mengenai penurunan suku bunga yang dilakukan The Fed sebelum mulai menurunkan suku bunga BI,” kata Josua beberapa waktu lalu.

Yang pertama, Ketua Dewan Gubernur The Fed, Jerome Powell, dalam pidatonya pada pertemuan tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, Jumat (23/8/2024), berbicara, saatnya untuk Fed akan menurunkan suku bunganya. 

Pernyataan tersebut memperkirakan bahwa para pejabat akan mulai menurunkan suku bunga pada pertemuan bulan depan dan memperjelas niat mereka untuk mencegah pelemahan di pasar tenaga kerja. 

“Waktunya telah tiba untuk penyesuaian kebijakan. Arah perjalanannya jelas, dan waktu serta kecepatan penurunan suku bunga akan bergantung pada data yang akan datang, data yang berkembang, dan keseimbangan risiko,” kata Powell seperti dikutip Bloomberg, pada Sabtu (24/8/2024). BI Tunggu apa lagi? 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam RDG terakhir pada 21 Agustus 2024 masih mempertahankan BI Rate di level 6,25%, meski gap penurunannya semakin lebar. 

Konfirmasi rupiah menguat setelah terapresiasi 5,34% sepanjang Agustus 2024 di level Rp 15.430 terhadap dolar AS pada 20 Agustus 2024. 

Inflasi saat ini melambat menjadi 2,13% (year-on-year/YoY) pada Juli 2024, turun dari 2,51% pada Juni 2024, didorong oleh rendahnya harga pangan setelah panen raya dan rendahnya permintaan pasca Idul Adha.

Inflasi naik sebesar 1,95% (YoY) pada Juli 2024, didorong oleh kenaikan harga emas, kopi, dan utilitas.

Melihat dampaknya terhadap negara, Perry masih menolak penurunan BI Rate meski ada peluang bagi Indonesia. Menurut dia, BI masih mencermati dan menunggu kondisi global. 

“Kondisi dunianya bagaimana? Yang pertama, kejelasan FFR. Yang kedua tentu dampak dari suku bunga US Treasury, baik 2 tahun maupun 10 tahun. Yang ketiga, kondisi anggarannya,” ujarnya. jelasnya saat memaparkan Hasil RDG, Rabu (21/8/2024). 

Perry yakin ceritanya akan mencapai titik menyedihkan di masa depan. Saat ini dolar melemah di berbagai mata uang dunia tidak hanya dipengaruhi oleh Fed Fund Rate, Treasury AS, namun juga risiko geopolitik menjelang pemilu presiden di AS. 

Saat ini atau pada kuartal III tahun 2024, Perry ingin melakukan stabilisasi BI Rate guna terus menstabilkan nilai tukar rupiah yang berdampak besar terhadap investasi dan perekonomian Indonesia. 

“Kekuatan Rupiah membuat harga-harga, terutama harga pangan dan harga lainnya menjadi lebih murah, sehingga menopang rendahnya harga barang, terutama harga barang luar negeri,” ujarnya. 

Untuk itu, pihaknya saat ini tetap pada penurunan BI Rate pada kuartal IV 2024. 

Simak berita terkini dan berita lainnya di Google News dan WA Channel