Bisnis.com, Jakarta – PT Sinarmas Asset Management, manajer investasi Sinar Mas Group, optimistis portofolio reksa dana saham akan mencatatkan kinerja positif meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah akibat adanya Special Comprehensive Policy Call. Panitia Pemantau Lelang (PPK FCA).

Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu mengatakan perseroan telah menerapkan strategi investasi dengan meluncurkan reksa dana kelas aset saham, salah satunya Reksa Dana Indeks Simas Sri Kehati Sinarmas yang diluncurkan PT Bank pada Selasa (11/6/2021). 2024)Tbk. (BSIM).

“Kalau kinerja Reksa Dana Simas Sri Kehati, kalau kita lihat kinerja tahun lalu berada di angka 9,95%. Ya, sampai akhir tahun 2024, kata Genta saat meluncurkan Reksa Dana Indeks Simas Sri Kehati, Selasa (6 November). , dengan target return di kisaran 7-8%. “

Sedangkan produk Reksa Dana Indeks Simas Sri Kehati menargetkan dana kelolaan (AUM) sebesar Rp 500 miliar. Sedangkan Sinarmas AM menargetkan dana kelolaan sekitar Rp65 triliun hingga Rp66 triliun pada akhir tahun 2024.

Indeks Simas Sri-Kehati adalah reksa dana indeks untuk kelas aset ekuitas yang menginvestasikan minimal 80% nilai aset bersihnya pada efek bersifat ekuitas yang menjadi acuan indeksnya.

“Kepercayaan investor juga tercermin dari kinerja indeks berbasis ESG yaitu Sri Kehati yang menguat 18% dalam 3 tahun terakhir sejak 2020 hingga 2023, melampaui kenaikan LQ45 sebesar 3,8% dan penurunan IDX30 sebesar -1,4%. , ” jelasnya. .

Namun mengacu pada statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja Indeks Sri Lanka mengalami penyesuaian tajam hingga turun 12,81% year-to-date ke level 380,64 pada Selasa (6 November). /2024).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun melemah 0,95% atau 65,85 poin menjadi 6.855,69 poin. Secara year to date, IHSG juga melemah 5,74%, yang merupakan level terendah IHSG sepanjang tahun ini.

Namun Sinarmas AM memperkirakan IHSG bisa mencapai level 7.700 pada akhir tahun 2024, mencerminkan rasio price to earnings (PE) sebesar 13,2x dan pertumbuhan laba emiten sekitar 8%-10%.

Genta tak memungkiri, pelemahan IHSG tak lepas dari sentimen negatif dalam negeri, misalnya kebijakan PPK FCA BEI yang menuai kritik dari investor. Pada saat yang sama, ia mengatakan masih ada angin segar dalam sentimen global karena bank sentral AS, Federal Reserve, kemungkinan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini.

“Tahun ini The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunganya, dan suku bunga acuan saat ini tetap di angka 5,25%-5,5%. Jika The Fed memangkas suku bunganya, maka pasar secara kolektif akan semakin kuat atau bullish,” tutupnya.

Penafian: Pesan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan stok. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel