Bisnis.com, Jakarta – Perusahaan pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) menyikapi memburuknya kondisi kredit macet seiring melemahnya daya beli masyarakat.

Wakil Manajer Operasional BFI Finance Rudy Ediwidjaja mengatakan situasi perekonomian nasional berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan pemberi pinjaman. Lemahnya daya beli membuat masyarakat kesulitan mempertahankan berbagai pengeluaran, termasuk kredit.

“Kalau dilihat sekarang, kondisi perekonomian sedang kurang baik, sehingga banyak perusahaan keuangan juga yang terkena dampaknya,” kata Rudy saat ditemui di Mall Gandaria City, Jakarta, Senin (9 September 2024). ).

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat memburuknya kondisi kredit perusahaan keuangan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kredit bermasalah (NPF) bruto meningkat dari 2,69% pada Juli 2023 menjadi 2,75% pada Juli 2024. Sementara itu, NPF neto juga meningkat dari 0,73% pada Juli 2023 menjadi 0,84% pada Juli 2024.

Terkait status BFI finance, NPF gross hingga Juni 2024 sebesar 1,47% dan NPF netto sebesar 0,29%, turun 50 basis poin (bps) dari level Juni 2023.

Rudy optimistis tren positif NPF BFI Finance akan terus berlanjut di akhir tahun ini. “Saya kira kita punya portofolio yang berkualitas. Bahkan saya optimistis kita akan memiliki kuartal keempat yang lebih baik di tahun ini,” lanjutnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data deflasi selama tiga bulan berturut-turut. Deflasi Juli 2024 sebesar -0,18%, deflasi Juni 2024 sebesar -0,08%, dan deflasi Mei 2024 sebesar -0,03%.

Menurut Rudy, situasi ini menunjukkan menurunnya daya beli masyarakat yang turut berdampak pada perusahaan keuangan. Namun setiap perusahaan keuangan sudah memiliki perkiraannya masing-masing, katanya.

“Saya sudah melakukan semua hal dan melakukan pemetaan dari sisi profil risiko, dan saya yakin jika Anda punya kemampuan dari sisi internal, Anda bisa membaca semua risikonya,” kata Rudy.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel