Bisnis.com, Jakarta – Pasca penerapan kebijakan shortselling, sejumlah bursa saham melemah, seperti saham China, Korea Selatan, dan Gamestop di pasar Amerika.
Pemerintah Korea Selatan telah memperpanjang larangan short-selling hingga kuartal berikutnya tahun 2025, menurut Reuters.
Larangan ini diterapkan untuk mencegah transaksi ilegal dan penipuan dalam pembentukan harga pasar. Pemerintah Korea Selatan juga merevisi peraturan short-selling untuk menyamakan kedudukan bagi investor ritel dan institusi.
Namun, kebijakan short-selling pasar saham Korea justru menuai reaksi dari penyedia indeks global Morgan Stanley Capital International (MSCI). MSCI menurunkan peringkat keterjangkauan short-selling negara tersebut.
Tak hanya Korea Selatan, pasar saham Tiongkok juga akan mengevaluasi dan memperbaiki kebijakan short-selling-nya. Hal itu dilakukan untuk menenangkan investor yang panik akibat short sell saham tersebut.
Menurut laporan SCMP, jumlah saham yang dijual berkurang sebanyak 460 juta pada tanggal 11 dan 12 Juni, dengan penurunan nilai yang setara dengan 5,4 miliar yuan, atau setara dengan $744,3 juta.
Bursa Tiongkok dikatakan mendukung pasar saham Tiongkok yang bernilai hampir $9 triliun, yang telah menunjukkan tanda-tanda pelemahan setelah rebound 11% dari posisi terendah di bulan Februari.
Saham Gamestop, yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE), juga dilaporkan kehilangan pasar sebesar $838 juta.
Gamestop menderita kerugian hampir $1 miliar karena short seller pada hari Senin, sementara Gamestop naik 74%, menurut data dari S3 Partners. Termasuk kerugian hari Senin, short seller Gamestop kehilangan $1,4 miliar di bulan Mei.
Reli saham tampaknya dipicu oleh “Roaring Kitty”, yang pada suatu saat di tahun 2021 menjadi dorongan bagi sekelompok pedagang harian untuk memasuki saham game.
Posisi short di saham GameStop saat ini mencakup lebih dari 24% dari seluruh sahamnya yang tersedia secara bebas untuk diperdagangkan.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel