Bisnis.com, Jakarta – Direktur Utama PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) Leonard M Manurung memperkirakan Tahap I Bauxite Injection Smelting Grade Alumina Refinery (SGAR) tahap pertama akan memiliki kapasitas produksi alumina sebesar 3.000 ton per hari.
Dia mengatakan, SGAR dimaksudkan untuk menjadi rantai pasok antara deposit bijih bauksit di Kalimantan Barat dan pabrik peleburan aluminium milik PT Inalath.
Tahap I baru selesai dan target produksi perseroan baru untuk produksi awal 500-1.000 ton per hari, ujarnya.
Nantinya, jika proyek berjalan normal, produksinya akan mendekati 3.000 ton per hari yang diharapkan pada kuartal I 2025, ujarnya saat membuka injeksi bauksit pertama di Smelting Grade Alumina Refinery (SGAR). . PT Borneo Alumia Indonesia, Membawa, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024).
Ia mengatakan, proyek SGAR berkomitmen penuh kepada INAL.
Menurutnya, PT BAI harus memenuhi kebutuhan Inala. Saat ini, lanjutnya, Inalam sebagai pemegang saham membutuhkan sekitar 600.000 ton alumina setiap tahunnya.
Sisanya nanti akan kami transfer dan kami distribusikan untuk keperluan dalam negeri dan ekspor, ujarnya kepada wartawan.
Smelting Grade Alumina Refinery (SGAR) di masa depan akan memiliki kapasitas produksi alumina sebesar 1 juta metrik ton per tahun, dengan perkiraan pasokan bauksit sebesar 3,3 juta ton per tahun.
Proyek senilai US$831 juta ini berencana untuk mulai memproduksi alumina pertamanya pada kuartal keempat tahun 2024 dan beroperasi penuh pada kuartal pertama tahun 2025.
Dengan begitu, ke depan Indonesia bisa melakukan sendiri proses pengolahan bauksit menjadi aluminium sehingga tidak bergantung pada negara lain.
Saat mengolah bijih bauksit menjadi alumina, perusahaan telah menyiapkan satu lakh bijih bauksit sebagai persiapan untuk commissioning awal, tambahnya.
Lanjutnya, mereka nantinya akan memasok bijih atau ore yang dibutuhkan dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) Antum yang paling dekat dengan tambang di Mentawa, kemudian akan pindah ke IUP lain dan kemudian ke IUP di Kabupaten Landak.
PT BAI akan terus memasok dari Anthem hingga stoknya terisi kembali sebanyak 300.000 ton.
“Saat produksi sudah kembali normal, maka akan keluar sendiri dari timbunan dan akan masuk ke sistem kami dan kami akan terus memasok dari Anthem. Total kebutuhan kami selama setahun adalah 3-3,5 juta ton bauksit, yang akan kami dapatkan dari Lagu kebangsaan,” pungkas Leonard.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel