Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor migas mencapai Rp36,81 triliun hingga 20 Mei 2024.

Jumlah tersebut baru mencapai 33,42% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024 sebesar Rp 110,15 triliun.

Mayjen Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan tren pembayaran PNBP mulai tahun 2023 dan seterusnya mengalami penurunan. Faktanya, simpanan sektor Migas mencapai rekor tertinggi sebesar Rp 148,70 triliun pada tahun 2022.

Tahun 2023 sedikit stabil di angka 116,98 triliun rupiah, tahun ini per 20 Mei 2024 realisasi PNBP migas mencapai 36,81 triliun rupiah, kata Dadan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII Jakarta (RDP). Rabu (29/5/2024) 

Dadan mengatakan kementeriannya berkomitmen meningkatkan efisiensi PNBP migas. memperbaiki pengaturan kontrak dan tata kelola industri minyak dan gas melalui perbaikan regulasi.

Selain itu, Dadan mengatakan kementeriannya juga mendukung penerapan perjanjian bagi hasil. dan pengendalian biaya operasional kegiatan usaha minyak dan gas. antara lain melalui program bagi hasil usaha minyak dan gas bumi;

“Kami sedang menyelesaikan keputusan kementerian tentang masalah ini,” katanya.

Sementara itu, dia mengatakan, pemerintah menargetkan peningkatan setoran PNBP migas pada tahun depan menjadi Rp 112,2 triliun. Saat itu, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan berkisar antara US$75 hingga US$85 per barel.

Sementara rata-rata realisasi ICP Januari-Mei 2024 meningkat dibandingkan rata-rata harga April 2024 sebesar $81,52 per barel.

Angka cadangan minyak pada Januari-Maret 2024 berada di angka 567.000 barel per hari (bopd), berdasarkan catatan Kementerian ESDM.

Sedangkan penyelesaian pipa pada kuartal I 2024 berjumlah 885,46 juta barel setara minyak per hari (boepd).

Diberitakan sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menjelaskan, penurunan volume lift migas pada triwulan I 2024 disebabkan oleh banjir dan menurunnya permintaan gas dari industri hilir.

Hudi Suryodipuro, Kepala Departemen Proyek dan Komunikasi SKK Migas, mengatakan ada masalah banjir dan truk yang melanda sebagian wilayah Sumatera. Angka ini kemudian direvisi menjadi angka yang diperoleh dari awal tahun.

“Hal ini berdampak pada KKKS Pertamina Hulu Rokan, Seleraya Belida, Tiara Bumi, PHE Kampar, PEP Rantau, Lirik dan Adera,” kata Hudi, Kamis (4/11/2024).

Selain itu, kata Hudi, BSP, KKKS dan beberapa kontraktor rekanan (KKKS) yang mengalami unplanned shutdown juga terdapat minyak yang terkondensasi atau memadat.

Terkait minimnya akses jaringan pipa gas, menurutnya, hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya permintaan dari industri yang menggunakan gas.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.