Bisnis.com, JAKARTA – PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPST) pada Kamis, 27 Juni 2024 di Jakarta.
Manajemen BATA dalam undangannya menyebutkan akan menggelar RUPS Tahunan 2023 pada Kamis 27 Juni 2024 mulai pukul 14.00 WIB. Lokasi Gedung Ventura, Unit 701, Lantai 7, Jl. R.A. Kartini No.26, Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430.
Dalam agenda rapat umum BATA, ada 5 hal yang dibahas. Salah satunya adalah penerimaan laporan keuangan yang masih mengalami kerugian. Agenda rapat umum BATA meminta persetujuan atas laporan tahunan perseroan termasuk laporan direksi dan pengukuhan laporan keuangan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2023. Permohonan persetujuan disposisi laba/rugi perseroan untuk tahun buku tahun buku 2023. Permohonan persetujuan penunjukan auditor dan/atau kantor akuntan untuk melakukan penelaahan atas buku-buku tahunan perseroan yang akan diselesaikan pada tanggal 31 Desember 2024 serta menetapkan syarat dan ketentuan kerjanya. Meminta persetujuan atas rencana pengangkatan kembali dan/atau pergantian direksi perusahaan. Penetapan honorarium, gaji, dan tunjangan lainnya bagi wakil pengurus dan direksi perseroan tahun anggaran 2024 Kehilangan sepatu bebek
Manajemen BATA mengumumkan kerugian pada tahun 2023 mencapai Rp 190,28 miliar seiring dengan penurunan pendapatan dan kenaikan beberapa biaya.
Melihat laporan keuangan 31 Desember 2023 di website Bursa Efek Indonesia (BEI), BATA menjual total penjualan sebesar Rp609,61 miliar pada tahun 2023 atau turun 5,25% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp643,45 miliar.
Seiring menurunnya penjualan, beban pokok perseroan pun berkurang menjadi Rp380,55 miliar dibandingkan Rp383,43 miliar pada 2022.
Dampaknya, laba bersih perseroan turun menjadi Rp 229,05 miliar dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar Rp 260,02 miliar.
Sementara BATA mencatatkan beban penjualan dan pemasaran meningkat menjadi Rp259,90 miliar pada tahun 2023 dari sebelumnya Rp214,46 miliar pada tahun 2022. Beban umum dan administrasi juga meningkat menjadi Rp117,87 miliar dari sebelumnya Rp111,15 miliar.
Setelah dikurangi biaya dan beban lain-lain, BATA membukukan kerugian yang diatribusikan pada unit utama sebesar Rp190,28 miliar per 31 Desember 2023. Kerugian tersebut meningkat hampir 80% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 menjadi Rp105,91 miliar.
Utang jangka pendek BATA tercatat sebesar Rp389,56 miliar pada akhir tahun 2023, sedangkan utang jangka panjang sebesar Rp64,82 miliar.
Dengan demikian, total utang tercatat sebesar Rp454,38 miliar atau meningkat 12,38% dari posisi akhir Desember 2022 sebesar Rp404,3 miliar. Sementara ekuitas BATA turun 58,92% menjadi Rp131,35 miliar dibandingkan akhir tahun 2022 sebesar Rp319,76 miliar.
Jika dihitung Debt Ratio (DER) maka BATA mendekati 345,93% sedangkan perusahaan yang sehat secara finansial ditunjukkan dengan rasio DER dibawah 100%.
Salah satu penyedia layanan kredit BATA adalah Standard Chartered Bank (SCB) per 2 Oktober 2023, antara lain pinjaman modal Rp 140 miliar, fasilitas impor LC (aman dan tanpa jaminan) masing-masing Rp 50 miliar, obligasi dan surat berharga Rp. 5 miliar untuk fasilitas cerukan dengan kebutuhan modal Rp 2 miliar.
Seiring dengan bertambahnya utang dan penurunan ekuitas, total aset BATA juga mengalami penurunan sebesar 19,1% menjadi Rp 585,73 miliar pada akhir tahun 2023 dibandingkan Rp 724,07 miliar pada tahun sebelumnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel