Bisnis.com, JAKARTA – Investasi global saat ini fokus pada pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat. Sentimen tersebut juga membayangi pergerakan pasar saham Indonesia dan arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Seperti diketahui, Amerika Serikat saat ini sedang mengadakan pemilihan presiden antara calon Presiden dan Wakil Presiden Donald Trump-J.D. Vance dan Kamala Harris-Tim Walz. Pemilihan presiden akan digelar pada 5 November 2024 waktu setempat.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrick mengatakan, hasil pemilu presiden AS pasti akan berdampak pada perekonomian dan pasar modal Indonesia.
“Sekali lagi, apapun hasil pemilu di Amerika, apapun kebijakannya ke depan, saya yakin pemerintah kita juga akan menatap ke depan,” kata Jeffrey, Selasa (11 Mei 2024).
Investor pasar modal harus terus memantau dampak pemilu terhadap Indonesia, katanya. Namun, Jeffrey mengingatkan investor untuk kembali ke dasar dan menyarankan investor untuk mengambil keputusan secara rasional.
Jeffrey melanjutkan, jatuhnya IHSG ke bawah 7.500 pada awal pekan ini disebabkan oleh kekuatan pasar. BEI hanya berharap target rata-rata nilai transaksi harian BEI dan pertumbuhan investor bisa tercapai pada akhir tahun ini.
Seperti diketahui, BEI berencana mencapai rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun ini dan menambah jumlah investor sebanyak 2 juta orang.
Analis pasar modal berbeda pendapat mengenai dampak sentimen pemilu presiden AS terhadap IHSG. Wakil Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, IHSG akan terdampak akibat pemilu AS pekan ini. Investor menunggu dan mengamati minggu ini menjelang pemilu AS dan pertemuan The Fed.
Ia menjelaskan, pemilu presiden AS akan berdampak pada Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurutnya, pemilu di Amerika Serikat selalu meningkatkan volatilitas pasar saham di Amerika Serikat dan dunia.
“Jadi kita wait and see, ini merupakan opsi bagi pelaku pasar dan investor yang tidak ingin terjebak dalam volatilitas seperti itu,” kata Nico.
Yang menarik, lanjutnya, jika dihitung rata-rata dari tahun 1964 hingga 2020, setiap berakhirnya pemilu presiden AS, saham Dow Jones sepanjang tahun tersebut mengalami kenaikan, rata-rata sebesar 9,3%. Menurutnya, hal ini menimbulkan perasaan positif bagi pelaku pasar global dan investor, serta berkontribusi terhadap munculnya katalis positif di pasar global.
Dia mencatat bahwa calon presiden saat ini, Trump, sedang menerapkan kebijakan “Membuat Amerika Hebat Lagi” yang akan menjadikan Amerika sebagai prioritasnya. Menurut Niko, hal ini akan berdampak negatif terhadap perekonomian global karena Trump akan menerapkan kebijakan proteksionisme.
Di satu sisi, Harris punya agendanya sendiri, sama seperti Joe Biden sebelumnya. Dengan demikian, pasar akan mengalami volatilitas yang jauh lebih tinggi jika Trump memenangkan pemilu dibandingkan Harris.
Sentimen Fed untuk Melonggarkan Suku Bunga
Selain pemilu AS, pekan ini pasar juga menantikan pertemuan Federal Reserve yang akan berlangsung tiga hari setelah pemilu AS. Sejauh ini, kata dia, potensi penurunan masih terbuka lebar, apalagi setelah data tersebut dirilis Jumat malam pekan lalu.
Namun, jika volatilitas dianggap terlalu tinggi setelah pemilu AS, ada kemungkinan The Fed akan berubah pikiran dan menerapkan penurunan suku bunga yang jauh lebih besar pada Desember mendatang, kata Nico.
Secara khusus, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Soekarno Alatas, mengatakan prospek IHSG dibayangi oleh ketidakpastian, pelemahan ekonomi dan ketegangan geopolitik, serta antisipasi pemilu presiden AS dan penguatan dolar AS.
“Ke depan, masih ada kemungkinan kembalinya arus kas asing ketika seluruh sentimen negatif mereda dan window dressing dimulai,” kata Sukarno.
Perkiraan IHSG pasca pemilu presiden AS juga bisa positif jika Kamala Harris menang. Di sisi lain, IHSG mungkin mendapat tekanan dari kemenangan Donald Trump karena ekspektasi inflasi yang lebih tinggi terkait kebijakannya, sehingga The Fed mungkin akan mengambil sikap hawkish pada tahun depan.
Sementara itu, Analis Pasar Senior Mirae Asset Sekuritas Nathan Adji Gusta mengatakan ada spekulasi mengenai hasil pemilu presiden AS yang diperebutkan.
“Pasar yang spekulatif, jika Trump [Donald Trump] menang, sudah memperhitungkan kenaikan indeks dolar AS. Ini juga berdampak pada melemahnya indeks saham Indonesia,” kata Nathan.
Potensi aliran modal asing dan window dressing
Ia memperkirakan aliran dana asing mulai mengalir pada November 2024 dan Desember 2024, seiring dengan munculnya dan kepercayaan diri kontestasi Pilpres AS.
Selain itu, Kepala Departemen Informasi Investasi Mirae Asset Sekuritas Marta Cristina menjelaskan, berdasarkan hasil jajak pendapat pemilu Amerika, Donald Trump saat ini menjadi favorit. Namun hasil tersebut cukup diimbangi oleh Kamala Harris.
“Selama beberapa minggu terakhir, ekspektasi pasar merespons kemenangan Donald Trump,” kata Martha, Senin (24/11).
Lanjutnya, menurut pelaku pasar, kemenangan Donald Trump akan membawa risiko besar dan tingkat inflasi yang tinggi. Pasalnya, kebijakan Donald Trump terhadap imigran akan lebih ketat, termasuk kemungkinan perang dagang dengan China.
Martha juga memperhatikan bahwa imbal hasil Treasury AS naik ke level tertinggi. Oleh karena itu, kata Martha, ada risiko ke depan jika Donald Trump memenangkan pemilu AS.
Martha melanjutkan: Potensi peluang window dressing akhir tahun ini harus menunggu hasil pemilu AS dalam 2-3 hari ke depan.
“Kemungkinan window dressing dan pemotongan suku bunga The Fed tetap ada. Namun kami tetap optimis pasar Indonesia akan lebih baik ke depannya,” kata Marta.
Ia menyarankan investor untuk tetap berhati-hati karena kondisi geopolitik seputar berbagai perang yang sedang berlangsung sedang memanas dan berpotensi meningkat.
Selain menunggu hasil pemilu AS, menurut Marta, pelaku pasar juga menunggu data selanjutnya yakni neraca perdagangan Tiongkok dan pengumuman suku bunga dari The Fed.
Ia juga mengatakan pergerakan IHSG pada bulan November secara historis fluktuatif dan berisiko turun sehingga dapat memberikan dorongan bagi investor untuk membeli saham dengan harga rendah.
Apalagi kalau ada berita negatif, di bulan November nanti ada penurunan harga. Cek sahamnya yang lumayan, cukup murah dan bisa digelar sebelum kuartal I 2025, ujarnya.
Investor asing mencatatkan beli bersih senilai Rp 223,26 miliar di pasar saham pada Selasa (11 Mei 2024). Nilai tersebut membuat pembelian bersih devisa sepanjang tahun ini mencapai Rp 38,730 miliar.
Analis Kiwoom Securities Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan aksi beli bersih saham tersebut seiring dengan dinamika pemilu presiden AS yang masih diwarnai ketidakpastian. Pemilihan presiden ini mempertemukan Partai Republik Donald Trump dan Kamala Harris dari Partai Demokrat.
Kondisi ini memaksa asing memindahkan asetnya ke emerging market, kata Azis, Selasa (11 Mei 2024).
Ia mencatat, pembelian tersebut juga bernilai relatif rendah namun bisa menjadi sinyal bahwa dana asing mulai masuk ke pasar dalam negeri setelah ditandai adanya aktivitas penjualan.
“Kita perlu terus memonitor dana asing yang mulai masuk ke pasar dalam negeri,” imbuhnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.