Bisnis.com, JAKARTA – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) atau SIG optimistis permintaan semen dalam negeri akan tumbuh positif pada Semester II/2024 di tengah kelebihan pasokan semen. 

Sekretaris SIG Vita Mahreyni mengatakan kapasitas produksi terpasang saat ini mencapai 119 juta ton semen. Sedangkan konsumsi dalam negeri hanya menyerap 65 juta ton per tahun pada tahun 2023. 

“Kami masih optimistis pertumbuhan permintaan semen pada semester II akan lebih baik, sehingga secara tahunan terus tumbuh dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Vita kepada Bisnis, Kamis (23/05/2024). 

Optimisme tersebut datang dari berbagai proyek infrastruktur dan sektor ritel yang diharapkan dapat mendongkrak kinerja permintaan semen nasional. 

Sedangkan konsumsi dalam negeri didominasi oleh ritel sekitar 71%, dan sisanya tersebar. Vita mengatakan meski proyek infrastruktur berjalan cepat, penyerapan terbesar masih berasal dari sektor ritel.

Di sisi lain, pihaknya terus melihat peningkatan kapasitas produksi semen baru selama 3 tahun terakhir, meski pemerintah telah memberlakukan moratorium pembangunan pabrik baru. 

“Pada tahun 2020-2023 akan terus dilakukan penambahan kapasitas baru yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan permintaan yang terkendala dampak pandemi Covid-19,” tutupnya. 

“Untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan, SIG akan terus fokus mencapai keunggulan operasional,” ujarnya. 

Pihaknya juga akan melakukan pengelolaan pasar dan harga, diversifikasi produk untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengembangan, optimalisasi jaringan produksi dan distribusi, serta pembangunan berkelanjutan.

FYI, SMGR melaporkan laba bersih periode berjalan sebesar Rp 472 miliar pada Q1 2024, turun 16% YoY.  

Penurunan laba bersih seiring dengan pendapatan yang disesuaikan 6,27% year-on-year (y-o-y) menjadi Rp 8,37 triliun.  

Rinciannya, pendapatan pihak berelasi mencapai Rp519,3 miliar atau meningkat 2,90% dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan pendapatan pihak ketiga turun 6,82% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp7,85 triliun.  

Di sisi lain, perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan menjadi Rp6,16 triliun atau lebih rendah 4,94% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba kotor pun mencapai Rp 2,2 triliun, disesuaikan 9,78% secara tahunan.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel