Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Tahap 1 milik BUMN Holding Grup Industri Pertambangan Indonesia atau MIND ID merupakan tanda perubahan Indonesia menjadi sebuah negara. lahan industri.

Presiden juga mengatakan proyek hilirisasi ekosistem bauksit akan mengakhiri era ekspor bahan mentah pemerintah.

Dikatakannya pada pembukaan proyek SGAR akhir September 2024: Membangun proyek ini adalah upaya kita menyongsong Indonesia menjadi negara industri, menggarap sumber daya alam kita, dan tidak ada untungnya.

Akuisisi Smelter Grade Alumina Refinery Mempawah Tahap 1 merupakan inisiatif pemerintah melalui MIND ID untuk memajukan industri sekaligus mengurangi surplus impor aluminium.

Selain itu, hingga saat ini ketergantungan Indonesia terhadap aluminium masih tinggi dan menghasilkan nilai mata uang asing hingga 3,5 miliar USD atau 59 miliar USD per tahun.

Saat ini, Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Tahap 1 merupakan smelter yang dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia, perusahaan patungan perusahaan MIND ID, yaitu PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTAM).

Total nilai investasi Borneo Alumina Indonesia dalam pembangunan kawasan penting ini sebesar 941 juta dollar AS dan Rp 700 miliar yang dikeluarkan untuk pengembangan usaha.

Selanjutnya, SGAR Mempawah Tahap 1 memiliki kapasitas produksi 1 juta ton aluminium per tahun yang diperoleh dari 3,3 juta ton bauksit. Selain untuk memenuhi kebutuhan 600.000 ton aluminium di smelter Inalum di Kuala Tanjung, SGAR akan memproduksi aluminium sebagai produk akhir.

 “Jadi kami yakin seluruh proyek yang kami laksanakan akan memberikan nilai tambah yang signifikan dalam hal perluasan rantai nilai,” kata CEO MIND ID Hendi Prio Santoso.

Sekadar informasi, Indonesia tercatat sebagai negara dengan simpanan bauksit terbesar ke-6 di dunia, yakni 1 miliar ton.

Indonesia menduduki peringkat kedua pengekspor mineral terbesar, karena 8,7% produk di pasar dunia berasal dari Indonesia.

Sementara itu, INALUM dan ANTAM sedang berupaya menyelesaikan Final Investment Decision (FID) proyek SGAR Mempawah Tahap II pada akhir tahun 2024 sehingga proses pendirian smelter aluminium dapat terlaksana pada awal tahun 2025. Oleh karena itu, pabrik peleburan tersebut menghasilkan 1 juta ton aluminium per tahun.

Proyek SGAR tahap lanjutan akan mencakup smelter aluminium dengan kapasitas produksi 600.000 ton per tahun untuk melengkapi smelter Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, yang saat ini beroperasi sebesar 300.000 ton per tahun.

“Itu yang disampaikan Presiden Joko Widodo, mudah-mudahan kita tidak impor lagi.

Hendi memperkirakan proyek SGAR Mempawah Fase 2 membutuhkan investasi sekitar US$900 juta, lebih kecil dari perkiraan awal sebesar US$914 juta untuk Fase 1. Sementara itu, untuk pembangunan smelter aluminium di kawasan ini, 2 miliar USD harus diinvestasikan.

Sementara itu, CEO INALUM Ilhamsyah Mahendra mengatakan, pengolahan bauksit menjadi aluminium sebagai bahan aditif di Mempawah akan membantu meningkatkan daya saing produk aluminium INALUM.

“Ini akan meningkatkan daya saing kita, tidak hanya di dalam negeri, tapi secara global, sehingga kita dapat memenuhi kebutuhan penting aluminium kita,” ujarnya.

Ilhamsyah menjelaskan Inalum menargetkan produksi 1,5 juta ton aluminium dalam 5-10 tahun ke depan dan SGAR merupakan rencana strategis untuk mencapai tujuan tersebut.

“Kami tidak akan berhenti sampai di situ, karena nanti akan ada pabrik baru [selain Mempawah] yang kapasitas produksinya mencapai 600.000 ton. Jadi, totalnya dalam 5-10 tahun ke depan diharapkan kapasitas produksi aluminium Inalum akan meningkat. mencapai 1,5 juta ton,” ujarnya.

Simak berita dan artikel di Google News dan WA Channel