Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui sedang menyusun rencana pasokan likuiditas untuk saham-saham yang berada di bawah dewan pengawas khusus. Sekuritas meminta klarifikasi aturan terkait penyedia likuiditas.

Head of Literacy and Education Kiwoom Sekuritas Octavianus Audi menjelaskan, Kiwoom Sekuritas saat ini sedang melakukan studi lebih lanjut untuk menjadi penyedia likuiditas. Sebab, ada beberapa pertimbangan lagi. 

Pertimbangan pertama mengenai revisi ketentuan komponen dewan pengawas tertentu, seperti manajemen risiko dan pembatasan kepatuhan. Kedua tentang hubungan emiten dengan Kiwoom Securities, serta kinerja emiten, dan ketiga tentang perhitungan likuiditas emiten. 

“Kami positif terhadap kebijakan ini karena berpotensi menciptakan stabilitas pasar dan meningkatkan volatilitas transaksi. Di sisi AB juga memungkinkan adanya tambahan pendapatan dari transaksi distribusi,” kata Audi, Senin (1/7/2024). 

Namun, lanjutnya, kami melihat risiko kredit dan penggunaan modal yang signifikan juga akan dipertimbangkan sebagai aktivitas yang menyediakan likuiditas. Hal ini memerlukan persiapan yang matang untuk menjaga kelangsungan sebagai penyedia likuiditas.

Audi mengatakan pihaknya meyakini tantangan penyedia likuiditas ini adalah menjaga likuiditas pasar untuk memastikan permintaan pasar terpenuhi. Dengan kata lain, kesiapan strategis dan permodalan menjadi hal yang paling penting, apalagi jika pasar sedang dalam tren menurun.

Pada saat yang sama, analis riset KB Valbury Sekuritas Stephen Gunawa mengatakan bahwa bursa harus berhati-hati ketika memutuskan aplikasi dari pembuat pasar. 

Karena market maker biasanya di sisi keamanan, biasanya yang mengajukan penawaran. Jadi konsistensi harus dijaga, kata Stephen di Jakarta, Senin (1/7/2024).

Stephen berharap kebijakan likuiditas penyedia ini tidak salah seperti yang dilakukan Badan Pemantau Khusus Full Call Auction (FCA). 

“Jadi jangan sampai kebijakan penyedia likuiditas ini menjadi kasar seperti FCA kemarin. Meski FCA akhirnya direvisi berkali-kali hingga akhirnya pasar bisa menyesuaikan diri. Jadi market maker sangat dibutuhkan, tinggal belajar atau mencoba dari bursa. negara lain seperti apa,” ujarnya.

Steven juga melihat tujuan bursa sebagai penyedia likuiditas yang baik karena dapat menjaga likuiditas tetap tinggi. Stephen memperkirakan nilai transaksi bisa meningkat hingga Rp 11-12 triliun setiap harinya setelah adanya penyedia likuiditas tersebut.

“Apapun skema pengaturannya, sebaiknya diatur sedetail mungkin agar tidak merugikan investor ritel yang dominan di Indonesia,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel