Bisnis.com, Jakarta – Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada masa pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto dinilai mampu memberikan manfaat bagi pengguna perbankan dan konstruksi seiring dengan upayanya dalam meningkatkan belanja secara signifikan untuk merangsang perekonomian. Pertumbuhan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memprioritaskan kebijakan APBN-nya pada tahun 2025, dan rencana fiskal tersebut akan menjadi cetak biru bagi Presiden terpilih Prabowo Subianto yang akan menjabat pada Oktober ini, demikian laporan Bloomberg, Jumat (8/2024).
Sedangkan pasar saham Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara dari segi kapitalisasi pasar.
Indeks Harga Saham Gabungan IHSG membukukan kenaikan sebesar 45% sejak Jokowi menjadi presiden hampir satu dekade lalu. Indeks ditutup pada level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Rabu (14/8/2024).
Rekor tersebut juga melampaui rekor sebelumnya yang diraih pada pertengahan Maret lalu, yang diraih saat Prabowo Subianto dinyatakan sebagai pemenang pemilu 14 Februari lalu.
Barnabas Gan, Penjabat Kepala Ekonom di RHB Bank Bhd, mengatakan: “Kami memperkirakan fokus belanja kemungkinan besar akan menjaga stabilitas era Jokowi dan memenuhi janji kampanye Prabowo.”
Inilah sektor saham yang menjadi fokus pada tahun 2025: Konstruksi
Rencana Jokowi memindahkan ibu kota negara ke nusantara bisa menambah pendapatan perusahaan konstruksi seperti PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dan produsen semen antara lain PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). .
Prabowo secara terbuka telah berkomitmen untuk melanjutkan proyek tersebut. Ia juga berjanji akan mempertahankan kebijakan pertambangan bawah laut Indonesia yang fokus pada pengolahan dan penggalian nikel dan tembaga. Setiap detail anggaran harus mendukung para penambang, termasuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan pengembang industri baterai seperti PT Astra International Tbk (ASII). Kesehatan
Dana untuk layanan kesehatan diharapkan meningkat dalam tender untuk meningkatkan efisiensi layanan kesehatan komprehensif dan meningkatkan kualitas layanan, dengan fokus pada pengembangan kesehatan anak, tulis analis PT Macquarie Sekuritas Indonesia, termasuk Ari Jahja dan Akshay Sugandi dalam catatan tersebut. .
Sedangkan saham favorit mereka di sektor tersebut berdasarkan perkiraan anggaran adalah PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) dan PT Medkaloka Hermina Tbk. (Perlakuan). Pelanggan dan bank
Sat Durham, fund manager Janus Henderson Group PLC, mengatakan perluasan neraca bisa membuat saham, nasabah, dan perbankan menjadi lebih menarik dan positif, salah satunya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sementara itu, Nomura Holdings. Dia juga lebih memilih saham klien Indonesia karena prospek pertumbuhannya.
Produsen makanan seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) bisa mendapatkan keuntungan dari usulan pemerintah dalam program makan siang sekolah gratis senilai Rp 71,71 triliun (4,5 Miliar) pada tahun 2025.
Usulan tersebut merupakan janji kampanye besar Prabowo dan kemungkinan akan diperluas di masa depan. Mata uang
Pernyataan Prabowo Subianto memicu aksi jual di pasar obligasi setelah dia mengatakan sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan belanja pemerintah.
Insiden ini menjadi pengingat bagaimana keputusan kebijakan fiskal negara yang harus dibiayai oleh Dana Moneter Internasional (IMF) pada tahun 1990an diawasi secara ketat.
Sementara itu, para pejabat menekankan bahwa Prabowo berkomitmen terhadap pembiayaan yang bijaksana dan meredakan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Investor asing mencatat investasi bersih sebesar $930 juta pada obligasi pemerintah rupee bulan ini, membantu mata uang tersebut menguat 3,6 persen terhadap dolar AS.
Hal ini menjadikan rupee sebagai mata uang dengan kinerja terbaik di Asia sepanjang Agustus.
Sementara itu, Philip McNicholas, ahli strategi kedaulatan Asia di Rubico Group, mengatakan pidato Jokowi di APBN diperkirakan tidak akan merugikan sentimen karena ia fokus pada rencana pemerintah selanjutnya.
“Faktor-faktor global kemungkinan akan lebih berpengaruh pada saat ini, terutama apakah pasar siap untuk melakukan pemotongan suku bunga The Fed secara signifikan,” kata McNicholas.
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul akibat keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel