Bisnis.com, JAKARTA – Volume perdagangan Karbon Indonesia atau IDX Carbon mencapai 613.740 tCO2e satu tahun setelah resmi diluncurkan. Volumenya dikatakan melebihi kesepakatan perdagangan karbon Malaysia dan Jepang. 

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan, selain volume transaksi, Carbon Exchange kini memiliki 3 proyek dari bidang energi dan Sertifikat Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE GHG) yang mencapai 1,3 juta ton CO2e. 

Sementara itu, ia menjelaskan, pengguna jasa pertukaran karbon dalam negeri mencapai 79 orang dengan pensiunan 420.018 tCO2e dari 322 penerima manfaat. 

“Dibandingkan bursa lokal, perdagangan kredit karbon di BEI Karbon lebih tinggi dibandingkan bursa Malaysia 190.351 tCO2e dan bursa Jepang 502.811 tCO2e,” ujarnya saat dihubungi awak media, Jumat (27/9/2024). 

Ia mengatakan IDX Carbon juga terus melakukan pengembangan, termasuk melalui rangkaian 185 diskusi dan perluasan baik secara offline maupun online. BEI Karbon juga telah menerima Fatwa Sharia Compliance dari DSN-MUI.

Selain itu, BEI telah menerapkan integrasi sistem dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sehingga memungkinkan terjadinya perdagangan Persetujuan Teknis Batas Atas Emisi – Pelaku Usaha (PTBAE-PU) dalam waktu dekat. 

Otoritas Bursa juga telah memperluas insentif untuk mendaftar sebagai pengguna layanan di mana biaya pendaftaran akan digratiskan hingga September 2025. 

Jeffrey mengatakan BEI akan terus mendorong emiten, termasuk IDX Net Zero Incubator yang kini memasuki Modul 3 dan diikuti 110 emiten. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mempelajari cara menghitung emisi karbon, termasuk menyediakan alat untuk membantu penghitungannya.

Langkah lainnya adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan ESG, antara lain pelaporan emisi karbon, pengembangan indeks terkait karbon yaitu IDX – LQ45 Low Carbon Leaders, dan melakukan kajian terhadap penunjukan IDX Green Equity. 

“BEI mendorong aktivitas perdagangan karbon, namun sebenarnya banyak faktor di luar sektor perdagangan sekunder yang dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan karbon,” kata Jeffrey. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel