Bisnis.com, Jakarta – Pemilik telekomunikasi Amerika Serikat PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) belum berencana melakukan pembelian kembali atau buyback saham pada tahun ini ketika harga sahamnya anjlok.
Berdasarkan data perdagangan hari ini, saham TLKM menguat 1,31% hingga ditutup pada Rp 3.010 per saham pada Senin (10/6/2024). Dos melemah 23,80% year-to-date (YtD) dan turun 28,50% dalam tiga bulan terakhir.
Di tengah kelemahan tersebut, TLKM tidak memiliki rencana untuk melakukan pembelian kembali sebagai perusahaan pada tahun 2020, karena nilainya tertekan oleh pandemi Covid-19.
Belum ada rencana], kata Direktur Utama Telekom Indonesia Ririk Adriansyah, Senin (10/6/2024) saat ditemui usai acara Digiland Run 2024 di Batavia.
Pembelian kembali saham merupakan tindakan korporasi untuk membeli saham dari masyarakat. Tindakan ini diperlukan untuk mengurangi jumlah kepemilikan bersama perusahaan publik untuk menjaga likuiditas.
Fungsi ini mempunyai beberapa tujuan, yang pertama adalah memperkirakan penurunan harga umum. Dengan banyaknya pembeli, maka psikologi investor akan terlindungi dan terjaga dalam mengoleksi saham tersebut.
TLKM diketahui menghabiskan dana internal hingga Rp 1,5 triliun untuk diselesaikan pembeliannya pada tahun 2020. Kegiatan fisik ini berlangsung secara bertahap selama tiga bulan terhitung sejak 30 Maret 2020 hingga 29 Juni 2020.
Saat itu, manajemen perseroan menyatakan pembelian tersebut dilakukan dengan harga yang dinilai baik dan wajar dengan tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku. Per 27 Maret 2020, harga saham TLKM tercatat Rp 3.090 per saham.
Berdasarkan data yang dihimpun TLKM sejak 1 Januari 2020 hingga 19 Maret 2020, saham perseroan turun 34% YtD atau dari Rp 3.970 menjadi Rp 2.620 per saham.
Manajemen menurunkan harga tidak mencerminkan kinerja positif perusahaan, sehingga tujuan TLKM adalah menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan nilai pemegang saham melalui pembelian kembali.
Saat ini TLKM berbagi rasio price to earnings (PE) sebesar 12,32 kali dan rasio price to book value (PBV) sebesar 2,10 kali dengan total kapitalisasi pasar Rp 298,18 triliun.
——————————–
Penafian: Pesan ini bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel