Bisnis.com, JAKARTA – Tiga dari empat saham bank besar mengalami penurunan harga saham secara year-to-date (YtD). Saham-saham perbankan, yang anjlok akibat kebijakan suku bunga dan melemahnya rupee, tetap menguat hingga akhir tahun. 

Berdasarkan data RTI Business, per 7 Juni 2024, tiga saham dari empat bank tabungan mengalami pelemahan sepanjang tahun ini. 

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) saat ini diperdagangkan pada Rp 4.350 per saham atau turun 24,02% year to date. Kapitalisasi pasarnya sebesar Rp 659,28 triliun. 

Berikutnya adalah saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga turun 12,56% year-to-date dan saat ini berada di level Rp 4.700. Saat ini kapitalisasi pasarnya sebesar Rp 175,30 triliun. 

Begitu pula dengan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga turun tipis 0,80% year-to-date menjadi Rp 9.325 per saham. Kapitalisasi pasar BBCA pun tercatat sebesar Rp 1.149,54 triliun. 

Hanya PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) naik 3,72% year to date. Saham BMRI saat ini diperdagangkan Rp 6.275 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 585,67 triliun. 

Valdi Kurniawan, Kepala Riset Fintraco Securitas, mengatakan tekanan pada saham perbankan disebabkan oleh kebijakan suku bunga The Fed dan melemahnya rupee. 

“Saham perbankan sangat dipengaruhi oleh arah kebijakan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan dipangkas pada bulan Juni di awal tahun, dan kini ekspektasi pasar mulai berubah,” kata Valdi dalam webinar edukasi investasi di Indonesia. . Diakses pada Minggu (06/09/2024). 

Ia juga mengatakan, perubahan ekspektasi tersebut didorong oleh stagnannya inflasi akibat eskalasi konflik geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah. 

Selain itu, melemahnya dana perbankan juga dikaitkan dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini berada di level Rp 16.200 per dolar AS. Pelemahan rupiah ini akan mempengaruhi kualitas aset bank dan berdampak pada penurunan laba bersih. 

Selain itu, melemahnya cadangan devisa perbankan juga dipengaruhi oleh peningkatan indikator pada triwulan I tahun 2024 yang tidak sama dengan tahun lalu. Hal ini, kata Valdi, mempengaruhi psikologi pasar. 

Namun, kondisi perbankan global masih kuat. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal sekitar 20%, bukan ambang batas minimal 8%, rasio pinjaman terhadap simpanan yang masih tinggi di angka 80%, dan pertumbuhan kredit yang masih dua digit. 

“Pertumbuhan kredit masih dua digit, 10% hingga 12%, dan pada akhir tahun bisa meningkat menjadi sekitar 11% hingga 12% dalam kondisi yang kompleks,” ujarnya. 

Dengan demikian, NPL berada di kisaran 2,4% di bulan Maret. Menurut Valdi, posisi tersebut masih lebih baik dibandingkan tahun lalu yang berkisar 2,6% hingga 2,7%. 

Dengan ketentuan tersebut, Valdi akan tetap membeli saham perbankan, terutama BBRI, dengan potensi keuntungan sebesar 10%. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA