Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten Salim Group, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) mendapat momentum setelah mengumumkan aksi korporasi berupa pembayaran dividen dan kerja sama dengan produsen mobil listrik asal China SAIC MAXUS Automotive Co. Sp. z o

Saham IMAS naik 7,03% atau 90 poin ke Rp 1.370 per saham hingga pukul 10:30 WIB Rabu (26/06/2024), lapor RTI Business. Pada sesi tersebut, harga saham IMAS berkisar antara 1.270 hingga 1.390 rupiah.

Total investor memperdagangkan 2,82 juta saham IMAS dengan frekuensi 1.239 kali. Alhasil, jumlah transaksinya mencapai Rp 3,82 miliar.

Dari sisi valuasi, rasio harga terhadap laba (PER) saham IMAS sebesar 93,27x dan nilai bukunya sebesar 0,42x. Meski demikian, nilai saham perusahaan dengan kapitalisasi pasar Rp 5,47 triliun ini masih turun 1,79% dibandingkan tahun sebelumnya (YTD).

Mengutip informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), IMAS mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp10 per saham berdasarkan keputusan Rapat Umum Tahunan (RUPST) yang dilaksanakan pekan lalu pada 20 Juni 2024.

Berdasarkan jumlah saham yang beredar sebanyak 3,99 miliar lembar saham, maka total dividen yang akan dibayarkan IMAS adalah sebesar 39,94 miliar rupiah.

Dividen yang dibayarkan tersebut berasal dari laba bersih sebesar Rp 632,52 miliar pada tahun 2023. Pendapatan ini tumbuh sebesar 42,62% setiap tahunnya dari 443,49 miliar rupiah pada tahun 2022.

Jika dilihat grafiknya, dividen kumulatif di pasar reguler dan kontrak adalah 28 Juni 2024, dan tanggal ex-dividen adalah 2 Juli 2024. Dengan demikian, dividen tersebut akan dibayarkan pada 24 Juli 2024.

Apalagi emiten Salim Group mengumumkan akan menjadi distributor mobil asal China yakni Maxus. IMAS melalui anak perusahaannya PT Indomobil Energi Baru menandatangani perjanjian kerja sama dengan SAIC MAXUS Automotive Co Ltd.

Direktur Utama Indomobil Sukses International Yusak Kertovideo mengatakan, pihaknya menerima dokumen kontrak antara SAIC MAXUS Automotive Co., Ltd dan PT Indomobil Energi Baru pada 20 Juni 2024.

“Telah disepakati bahwa Indomobil Energi Baru akan ditunjuk sebagai distributor kendaraan Maxus dengan layanan purna jual termasuk suku cadang dan aksesorisnya di Indonesia,” kata Yusak dalam keterbukaan informasi BEI.

Seperti diketahui, IMAS tengah gencar melengkapi portofolio kendaraan listriknya dengan berbagai merek mulai dari China hingga Eropa. Baru-baru ini, IMAS juga akan membentuk perusahaan patungan dengan produsen kendaraan listrik Tiongkok GAC AION.

Yusak mengatakan, alasan perseroan mencari produsen di China untuk memperkuat portofolio kendaraan listrik (EV) karena Negeri Tirai Bambu itu jauh lebih maju dalam hal ekosistem kendaraan listriknya. 

“Jadi sebenarnya kita ini perusahaan yang menjual produk otomotif, jadi mau tidak mau kita harus masuk ke pasar kendaraan listrik, dan saat ini yang paling kuat di dunia dengan portofolio terbesar adalah China,” kata Jusak saat IMAS. presentasi konferensi publik pada hari Kamis. (20/06/2024).

Sebelum peluncuran AION Y Plus, Indomobil sudah lebih dulu merilis mobil listrik Citroen E-C3. Lalu ada teknologi hybrid dari Great Wall Motors (GWM) di China, melalui produk Tank 500 HEV dan Haval H6 HEV.

IMAS Bagikan perspektif Anda

Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, langkah IMAS yang agresif memasuki pasar kendaraan listrik (EV) akan berkorelasi positif dengan kinerja keuangan dan harga saham perseroan.

“Kami memperkirakan pada akhir tahun 2024, IMAS akan tumbuh positif dari sisi keuntungan sekitar 5-10% dan laba 15-20%. Hal ini mencerminkan kinerja keuangan historis IMAS yang terus mencatatkan pertumbuhan pendapatan. dan untung,” kata Vicky kepada Business.

Lebih lanjut ia mengatakan, meningkatnya permintaan kendaraan listrik di Indonesia dan dunia menjadi katalis positif bagi kiprah IMAS. Selain itu, perseroan juga menjalin kerja sama dengan GAC AION untuk mengembangkan kendaraan listrik.

Data Gaikindo, pada periode Januari hingga Mei 2024, penjualan kendaraan listrik sebanyak 28.131 unit, meningkat 66,39% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang terjual sebanyak 16.906 unit. Jumlah tersebut mewakili sekitar 8,39% dari total jumlah pedagang grosir di pasar dalam negeri yang berjumlah 334.969 pada Januari-Mei 2024.

Namun, kata dia, ada katalis negatif bagi IMAS, yakni ketatnya persaingan di pasar EV saat ini, masih tingginya harga EV, kenaikan suku bunga, dan melemahnya rupee.

“Saham IMAS juga menarik karena kinerjanya bagus dan masih undervalued. Kami merekomendasikan perdagangan saham IMAS dengan target harga Rp 1.300 per saham,” tutup Vicky. Alhasil, saham IMAS sejauh ini melampaui target harga.

__________

Penafian: Pesan ini tidak dimaksudkan untuk meminta pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan Saluran WA