Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten anak usaha Mayapada Group, PT Sona Topas Tourism Industry Tbk. ( SONA ) secara tak terduga melonjak ratusan persen selama seminggu, tak lama setelah regulator bursa mengumumkan mereka membekukan harga saham perusahaan.  

Berdasarkan perdagangan sesi I RTI Infocom Selasa (29/10/2024), saham SONA menguat 13,59% dari harga kemarin ke Rp 8.150 per saham. 

Jika dicermati, harga saham penyedia perjalanan itu naik 162,90% selama seminggu terakhir. Sementara saham SONA melonjak 699,02% year-to-date (YTD).  

Ini bukan pertama kalinya toko SONA mengalami kekacauan. Dalam 2 bulan terakhir, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan penghentian sementara perdagangan saham SONA setidaknya sebanyak dua kali yakni pada 25 dan 27 September 2024. 

Otoritas bursa menyebut penghentian sementara pencatatan saham SONA disebabkan oleh kenaikan harga umum yang cukup tajam. Situasi ini menyebabkan BEI merasa perlu membatalkan SONA demi terus melindungi investor. 

BEI akhirnya kembali menutup SONA pada 14 Oktober 2024. Seminggu setelah penutupan, saham yang diterbitkan emiten tahun 1992 itu berubah menjadi merah. Namun saham SONA naik tajam pada periode 21-29 Oktober. 

Kepala Analis Pasar Mirae Asset Sekuritas Nathan Adji Gusta mengatakan, harga saham SONA kini sudah mencapai titik kritis. 

“Secara teknis SONA sudah oversold sehingga investor disarankan menjual saat harga sudah mencapai titik tertingginya [powerselling],” kata Nathan kepada Bisnis, Selasa, 29/10/2024. 

Sebelumnya, Ketua Umum SONA Wong Budi Setiawan mengumumkan pihaknya kini tengah membangun kembali perusahaannya pasca dilanda pandemi Covid-19. Salah satunya adalah memperbaiki jadwal kerja.

Dalam surat tertanggal 8 Oktober kepada BEI, Wong Budi Setiawan mengatakan: “Kami meningkatkan berbagai rencana, termasuk mengembangkan bisnis perusahaan di kota-kota selain Bali dan Jakarta di Indonesia.” 

Perkembangan tersebut dilakukan setelah perseroan menutup Toko Bali Galleria milik salah satu anak usahanya pada 1 September 2024. Wong menjelaskan penutupan tersebut karena toko malang tersebut belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. dan diperburuk oleh kemerosotan ekonomi global. 

Namun, Wong mengatakan rantai pasok Mayapada Group kini berperan besar dalam memasok ke berbagai wilayah dan bandara, termasuk membuka peluang ekspansi di luar bandara seperti kereta api, MRT, dan stasiun MRT lainnya. 

“Hal ini dimaksudkan agar perseroan dapat menambah persediaannya dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan di masa depan,” tutupnya. 

Hingga Semester 1 2024, pendapatan SONA sebesar 374,84 miliar. Pendapatannya meningkat 20,02% tahun lalu menjadi 312,32 miliar. 

Pendapatan SONA didorong oleh penjualan gratis Rp188,31 miliar, penjualan ritel Rp186,35 miliar, penjualan tiket Rp113,64 juta, dan penjualan hotel Rp66,92 juta. 

Setelah mengumpulkan pendapatan dan beban lain-lain, SONA meraup laba Rp7,43 miliar pada kuartal I 2024. Pencapaian tersebut merupakan kebalikan dari kinerja tahun sebelumnya yang kehilangan kerugian Rp10,51 miliar. 

“Perusahaan sangat antusias dengan masa depan bisnisnya karena berakhirnya epidemi Covid-19, peningkatan perjalanan udara, dan pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah Indonesia,” kata Wong. 

——

Penafian: Informasi ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Jaringan WA.