Bisnis.com, Jakarta – Bank investasi Amerika Serikat (AS) JP Morgan memberikan pandangan mengenai saham-saham bank terpilih menjelang keputusan Federal Reserve mengenai suku bunga acuan pada September 2024. 

Mengutip penelitian yang dipublikasikan pekan lalu, JP Morgan menyatakan pihaknya memiliki gambaran jelas mengenai situasi perbankan Indonesia setelah bertemu dengan Bank Indonesia (BI) dan berbicara dengan manajemen bank serta investor lokal dan asing.

Riset tersebut menyebutkan pada Minggu (15/9/2024) “Hasil kunjungan ini menunjukkan adanya koordinasi politik, dengan membaiknya likuiditas dan pertumbuhan kredit yang kuat.”

Survei JP Morgan yang disusun oleh Harsh Vardhan Modi, Gaurav Khandelwal dan Shivansh Puri menunjukkan bahwa perkiraan konsensus adalah kredit akan tumbuh antara 12% dan 13% selama 6-12 bulan ke depan. Seiring dengan itu, tabungan juga diperkirakan akan tumbuh di wilayah yang sama. 

Dari sisi likuiditas, JP Morgan meyakini penurunan Surat Berharga Rupiah (SRBI) dan penurunan penawaran akan memperbaiki likuiditas sistem perbankan. 

Bank-bank terlihat merevisi persyaratan cadangan mereka, memberi mereka ruang untuk meningkatkan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR). Akibatnya, pertumbuhan kredit akan sangat bergantung pada pertumbuhan tabungan. 

Menurut JP Morgan, PT Bank Central Asia Tb. (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dengan pangsa pasar yang kuat pada dana murah atau giro tabungan (CASA), memiliki keunggulan dalam pertumbuhan kredit yang berkelanjutan.

“Jika Federal Reserve memangkas suku bunga sesuai dengan kurva perkiraan saat ini, pertumbuhan M2 akan cukup untuk mendukung pertumbuhan kredit sebesar 12% hingga 13%. Namun, mengingat perbedaan ekspektasi penurunan suku bunga, hal ini dapat menyebabkan melemahnya likuiditas dan pertumbuhan kredit. ,” kata JP Morgan. .

Sementara itu, sektor korporasi menjadi pendorong utama permintaan kredit, terutama untuk modal kerja dan belanja modal. Namun, JP Morgan mencatat bahwa permintaan ini mungkin menurun di masa depan seiring dengan belanja publik yang lebih besar.

Terkait kredit mikro, JP Morgan menyatakan permasalahan di sektor ini akan terus berlanjut, khususnya bagi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Fokusnya terutama pada tekanan arus kas pada usaha kecil akibat gangguan game online.

“Perubahan KPI petugas lapangan BRI, yang kini fokus pada pengumpulan simpanan dan penyelesaian pinjaman, merupakan langkah penting untuk mengatasi tantangan ini,” demikian bunyi studi JP Morgan. 

Dengan seluruh prediksi tersebut, saham BMRI tetap menjadi pilihan utama JP Morgan dan BBCA juga menjadi favorit karena risiko penanaman modalnya lebih kecil. 

Sementara itu, permasalahan kualitas aset BBRI diperkirakan akan terus berlanjut sehingga membatasi kemungkinan kenaikan dalam waktu dekat. JP Morgan merekomendasikan penambahan saham BBRI jika harganya melemah signifikan di bawah Rp 5.000 dalam jangka waktu investasi 12 hingga 15 bulan.

“BMRI dan BCA tetap menjadi pilihan unggulan, sedangkan BRI harus diwaspadai untuk mendapatkan peluang investasi yang lebih menguntungkan di masa depan,” tulis JP Morgan. 

Federal Reserve akan menentukan kebijakan moneternya pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) atau Dewan Gubernur yang dijadwalkan pada 17-18 September 2024.

Sejumlah indikator ekonomi terkini akan digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan Federal Reserve, dengan Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa 142.000 lapangan kerja baru tercipta pada Agustus 2024 dan upah rata-rata pekerja meningkat lebih dari perkiraan. . . 

————————————-

 

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan The Watch Channel