Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham bank jumbo seperti BBCA, BBRI, BBNI, BMRI belakangan ini mengalami pelemahan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun angkat suara terkait permasalahan tersebut. 

Melansir RTI Business, harga saham BMRI anjlok 2,13% ke Rp 5.750 pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (14/06/2024). Tak sampai sepekan, harga saham BMRI anjlok 8,37%. Sepanjang setahun penuh (year-to-date/ytd), harga saham BMRI anjlok 4,96%. 

Harga saham terendah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) pun turun 3,79% ke Rp 4.310. Sementara itu, dalam sepekan harga saham BBNI menguat 8,3% dan sepanjang tahun BBNI turun 19,81%. 

Harga saham terendah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang juga turun 3,02% menjadi Rp 4.180. Harga saham BRRI pun melemah 3,91% sepanjang sepekan. Setelah itu, sepanjang tahun ini harga saham BRRI mengalami penurunan sebesar 26,99%. 

Harga saham terendah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dilunasi pada Rp 9.200. Namun, BBCA melihat penurunan harga mingguan sebesar 1,34%. Harga saham BBCA juga turun 2,13% year-to-date. 

Direktur Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pergerakan harga saham merupakan pergerakan pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti supply dan demand, makroekonomi, dan kondisi global. 

Pergerakan harga terdistribusi di pasar saham dapat terjadi di berbagai sektor usaha, termasuk sektor keuangan, ujarnya dalam keterangan pekan lalu, Minggu (16/06/2024).

Dian mengatakan hal itu dinilai tidak biasa dan sejalan dengan tren pasar yang ada.

Selain itu, OJK meyakini kondisi awal perbankan akan tetap kuat, stabil dan stabil pada April 2024. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 13,09% year-on-year menjadi Rp7.311 triliun dan pertumbuhan kredit pada KBMI IV sebesar 15,75% menjadi Rp3.807 triliun. 

“Pertumbuhan kredit didukung oleh perbankan yang memiliki persediaan dana yang lebih dari sekedar legal,” ujarnya.

Saat ini pertumbuhan kredit telah sesuai dengan target pertumbuhan tahun 2024, sedangkan target KBMI IV tahun 2024 adalah pertumbuhan sebesar Rp3.983 triliun atau 8,5% YoY dan laba sebesar Rp177,75 triliun. 

Dian mengatakan, pertumbuhan kredit ini melanjutkan tren pertumbuhan kredit di masa lalu dan menunjukkan tingginya dukungan dan komitmen perbankan dalam membantu pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Penafian: Artikel ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan pembelian atau penjualan saham. Pilihan mata uang sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel