Bisnis.com, JAKARTA – Indikator harga saham bank jumbo atau kelompok bank bermodal IV (KBMI) seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) selama pekan penjualan moncer, 1 Juli 2024 hingga 5 Juli 2024.

Harga saham BBCA naik 1,27% pada perdagangan mingguan menjadi ditutup pada Rp 9.950 pada Jumat (5/7/2024), menurut RTI Business. Harga saham BBCA juga menguat 0,25 persen dalam sepekan.

Pada perdagangan akhir pekan ini, harga saham BMRI naik 2,8 persen menjadi Rp 6.425 per saham. BMRI juga melaporkan kenaikan harga sahamnya sebesar 4,47% selama sepekan.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) naik 4,35% ke Rp 4.800 selama sepekan. Kemudian harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menguat 0,86% sepekan ke Rp 4.700.

Pada pekan perdagangan, saham bank-bank jumbo tersebut juga banyak diborong investor asing. Misalnya saja BBCA yang mencatatkan nilai impor sebesar Rp 1,35 triliun pada pekan perdagangan terakhir.

Kemudian pada pekan perdagangan, impor BBRI dan BMRI mencapai Rp1,04 juta dan Rp625,35 miliar.

Kenaikan suku bunga Bank Jumbo karena keuntungannya masih terus bertambah. BRI misalnya melaporkan pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 8,83% (year-on-year/year-on-year) menjadi Rp 21,9 juta pada Mei 2024.

Laba BCA kemudian meningkat 11,65% menjadi Rp 21,63 triliun pada Mei 2024. BMRI meningkat 6,4% year-on-year menjadi Rp 19,62 triliun. Selain itu, laba bersih BNI periode hingga Mei 2024 meningkat 1,51% year-on-year menjadi Rp8,56 juta.

Menurut Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA, surplus bank tersebut didukung oleh kredit yang baik. Per Mei 2024, utang BCA meningkat 15,91% year-on-year menjadi Rp 826,72 juta.

Sedangkan pada kuartal II-2024, menurut BCA, pertumbuhan utang masih berada pada level tinggi yaitu 15%. “Utangnya lebih dari 15%, kalau banknya sendiri 15,4%. “Cenderung mendongkrak [kredit],” ujarnya kepada wartawan pada Investor Network Summit 2024 baru-baru ini (3/7/2024).

Nafan Aji Gusta, analis investasi senior Mirae Asset Sekuritas, mengatakan harga saham bank-bank besar jumbo dipengaruhi sentimen penurunan suku bunga The Fed. “Sudah on track, ada kepuasan dan ada motivasi bagus untuk bank seperti itu,” kata Nafan kepada Bisnis.

Dengan adanya pelonggaran suku bunga The Fed, Bank Indonesia (BI) juga akan terus melakukan pelonggaran kebijakan moneter. “BI mampu menggandakan kebijakan The Fed dan meningkatkan pendanaan di sektor perbankan.

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman menilai saham bank jumbo itu masih undervalued. “BMRI dan BBCA menjadi pilihan utama kami,” kata Prasetya dan Brandon dalam risetnya.

Menurut Prasetya dan Brandon, bank jumbo dikenal pasar terutama karena memiliki banyak rekening kas atau deposito (CASA) berbiaya rendah. Dalam keadaan seperti itu, bank-bank jumbo akan terus memanfaatkan rendahnya biaya modal di tengah membaiknya kondisi keuangan.

__________

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel