Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten konglomerat, PT Astra International Tbk. (ASII) saat ini diperdagangkan dengan harga murah, tercermin dari PER dan PBV yang paling rendah dibandingkan banyak emiten berkapitalisasi besar (besar) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Investor bisa mengukur mahal atau murahnya suatu saham, salah satu caranya adalah melalui share to earnings ratio (PER). Sederhananya, PER adalah rasio harga suatu saham terhadap pendapatannya, sehingga menunjukkan apakah suatu saham dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Semakin rendah PER suatu perusahaan maka dividen yang dibagikan akan semakin rendah, sebaliknya bila PER terlalu tinggi maka dividen seringkali dianggap mahal.

Selain itu, Price to Book Ratio (PBVR) juga menjadi ukuran nilai pasar yang mencerminkan nilai aset suatu perusahaan. Semakin rendah PBV maka semakin rendah pula harga produk tersebut. Seringkali investor menganggap saham dengan nilai PBV di bawah 1x sebagai saham murah.

Berdasarkan data RTI Trading, pada perdagangan sesi I Senin (15/7/2024), saham ASII memiliki PER sebesar 6,12 kali dan PBVR sebesar 0,88 kali. Kapitalisasi pasar ASII tercatat sebesar Rp 182,58 triliun.

Sementara posisi PER ASII berada 7,77 kali di bawah rata-rata 5 tahun terakhir, sedangkan PBV juga berada di bawah rata-rata 5 tahun terakhir yaitu 1,23 kali. Saat ini saham ASII terkoreksi 20,18% year-to-date (YtD) ke Rp 4.510 per saham.

Dibandingkan emiten BEI lainnya, harga saham ASII tergolong murah. Misalnya emiten milik konglomerat Prajogo Pangest, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) memiliki PER sebesar 682,81 kali dan PBVR sebesar 166,35 kali. Menyusul PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dengan PER -399,24 kali dan PBVR 19,51 kali.

Sementara saham BREN menguat 1,32% ke Rp9.325 per saham, sedangkan saham TPIA naik 2,11% ke Rp9.700 untuk pertama kalinya pada Senin (15/07). Kapitalisasi pasar BREN masih menjadi yang terbesar di BEI dengan Rp 1240 triliun, sedangkan kapitalisasi pasar TPIA sebesar Rp 839,16 triliun.

Selain itu, emiten Grup Panigoro-Salim, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) memiliki PER sebesar 103,92 kali dan PBVR sebesar 11,49 kali. Hal ini menyusul PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) milik Low Tycoon Tuck Kwong ini memiliki PER 44,91 kali dan PBVR 18,09 kali.

Rekomendasi saham ASII

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, saham ASII mengalami perbaikan atau perbaikan dalam dua bulan terakhir. Namun pada tahun 2024 ASII akan kembali disesuaikan sahamnya.

“Hingga akhir Mei 2024, tren pasar ASII diperkirakan berada pada awal fase perbaikan,” ujarnya kepada Bisnis, dilansir Senin (15/07/2024).

Oleh karena itu, disarankan untuk membeli saat lemah pada saham ASII dengan level support Rp 4360 dan level resistance Rp 4640 per saham. Sedangkan target harga saham ASII adalah Rp 4.800 per saham.

Di sisi lain, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memperkirakan secara teknologi, saham ASII masih berpotensi tumbuh. Bahkan, dengan target harga yang menunjukkan return dua digit.

“Saham ASII sedang mencoba untuk bangkit dari MA20 dan ujung bawah segitiga asimetris. Selain itu, volume penjualan juga mulai meningkat.

Ia juga mengatakan, level support ASII adalah Rp 4.360, sedangkan target harga awal adalah Rp 4.640 per saham dengan imbal hasil sebesar 2,88%.

“Apabila target harga pertama terlampaui maka dapat dilanjutkan dengan target harga kedua sebesar Rp4.830 atau meningkat sebesar 7,10%, dan target harga ketiga sebesar Rp5.075 meningkat sebesar 12,53%,” jelasnya.

Kalkulator Saham ASII vs. Kunci:

TANDA

– PER : 6,12x

-PBVR: 0,88x

BREN 

-PER: 682,81x

-PBVR : 166,35x

TPIA

-PER: -399,24x

-PBVR : 19,51x

AMM

-PER: 103,92x

-PBVR : 11,49x

BBNI

– PER : 8,75x

-PBVR: 1,29x

BBCA

-PER: 23,93x

-PBVR : 5,43x

BMI

-PER: 11,66x

-PBVR : 2,46x

BRI 

-PER: 11,54x

-PBVR : 2,50x

BYAN  

-PER: 44,91x

-PBVR : 18,09x

TLKM

-PER: 12,85x

-PBVR : 2,19x

______

DISCLAIMER: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel