Bisnis.com, Jakarta – Berdasarkan konsensus analis, harga saham AALI saat ini masih berpeluang menguat dua digit dalam 12 bulan ke depan.

Harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menjadi hijau bulan lalu. Pada akhir sesi Kamis (18/7/2024), pergerakan menguat 4,50% ke Rp 5.800 pada periode tersebut.

Namun harga saham AALI tercatat mengalami peningkatan sebesar 17,44% dan masih mencatatkan return negatif pada periode berjalan.

Berdasarkan konsensus analis Bloomberg hingga Kamis (18/7/2024), 6 dari 12 sekuritas yang memantau saham AALI masih memberikan rekomendasi hold. Sisanya 3 surat berharga akan dibeli dan 3 surat berharga akan dijual.

Berdasarkan konsensus analis, target harga AALI 12 bulan ke depan adalah Rp 7.043,33. Artinya masih ada potensi kenaikan sebesar 21,4% dari Rp 5.800.

Dalam laporan perdagangannya, AALI mengatakan pihaknya telah secara resmi mengajukan permohonan keanggotaan dalam Asosiasi Sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan, yang dikenal sebagai Minyak Sawit Berkelanjutan (RSPO).

CEO Astra Agro Lestari Santosa mengatakan keputusan tersebut merupakan bagian dari strategi perbaikan jangka panjang yang telah dilakukan perusahaan selama beberapa tahun.

“Kami berharap dapat bergabung dengan jajaran produsen kelapa sawit yang secara independen tersertifikasi dengan standar keberlanjutan tertinggi yang diakui secara internasional,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (7/11/2024).

Santoza yakin langkah-langkah yang telah diambil perusahaan selama bertahun-tahun dalam penggunaan lahan, konservasi, dukungan masyarakat, mitigasi iklim, dan sirkularitas akan membantu perusahaan dalam perjalanannya menuju sertifikasi.

Sementara itu, Direktur Jenderal RSPO Jay D. Cruz juga menyambut baik bergabungnya AALI ke RSPO. Pihaknya menyatakan dukungan penuh kepada AALI dalam menggalakkan pencapaian penting tersebut.

Ia mengatakan AALI akan segera bergabung dengan kemitraan global yang beranggotakan 6.000 orang untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan.

“Kami sangat senang AALI telah mengambil langkah penting ini untuk menjadi anggota RSPO sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.

Sekadar informasi, cuaca La Niña mengancam pasokan minyak sawit dan menimbulkan risiko kenaikan harga CPO dalam jangka pendek.

Ahli meteorologi Maxar Donald Kenny mengatakan La Niña diperkirakan terjadi pada September 2024 atau Oktober 2024. Fenomena alam ini akan menyebabkan curah hujan lebih dari biasanya di negara-negara Asia Tenggara, produsen utama minyak sawit.  

Meski belum diketahui seberapa deras hujan yang akan terjadi, periode La Niña mengancam akan mengganggu pekerjaan di ladang saat panen kelapa sawit mencapai puncaknya. 

Julian McGill, direktur pelaksana konsultan Gleanouk Economics, mengatakan hujan lebat akibat La Niña dapat mengancam pasokan minyak sawit dan menaikkan harga dalam jangka pendek. 

“Hal ini dapat menyebabkan kelangkaan minyak sawit yang dapat menaikkan harga dalam jangka pendek,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Senin (15/7/2024). 

Perkebunan kelapa sawit mengalami kondisi cuaca yang tidak stabil, terbatasnya pertumbuhan dan penuaan pohon. Kondisi ini telah mendorong harga naik lebih dari 5% tahun ini dan membuat pasar semakin rentan terhadap kemunduran lebih lanjut. 

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk membujuk Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA