Bisnis.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah menjadi Rp 16.265 pada Rabu (29/5/2024). Pada saat yang sama, sebagian besar mata uang Asia juga kembali melemah terhadap dolar
Rupee turun 105 poin atau 0,65% menjadi Rs 16.265, menurut data Bloomberg. Indeks dolar AS menguat 0,65% ke posisi 105.
Sementara sebagian besar mata uang Asia lainnya melemah. Misalnya saja Won Korea yang melemah 1,06%, disusul Ringgit Malaysia 0,05%, dan Rupee India 0,02%. Baht Thailand dan peso Filipina masing-masing melemah 0,10% dan 0,29%.
Direktur PT Laba Forekindo Berjangka Ibrahim Asuaibi mengatakan sebagian besar pedagang tetap berpihak pada dolar AS karena serangkaian sinyal dari Federal Reserve.
“Para pejabat memperingatkan bahwa mereka memerlukan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi akan turun.” “Beberapa pejabat juga sudah mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap stabil,” ujarnya, Kamis (30/05/2024).
Dia mengatakan revisi data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama akan dirilis dan diharapkan menunjukkan ketahanan perekonomian AS. Kuatnya perekonomian memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunganya lebih lama.
“Fokus utama minggu ini adalah data indeks harga PCE, ukuran inflasi pilihan The Fed.” “Data tersebut kemungkinan besar menunjukkan inflasi bertahan hingga April dan akan dirilis pada hari Jumat,” tutupnya.
Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah terus meningkat setelah pasukan Israel menguasai zona penyangga di sepanjang perbatasan Jalur Gaza dan Mesir. Dengan demikian, Israel mempunyai kendali efektif atas seluruh perbatasan darat wilayah Palestina.
Israel juga terus melanjutkan serangan mematikannya di Rafah, meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional untuk menundanya. Rafah adalah tempat separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza sebelumnya mengungsi.
Dari dalam negeri, pasar bereaksi negatif terhadap utang pemerintah pada April 2024 yang mencapai Rp8.338,43 triliun atau setara 38,64% PDB Indonesia. Posisi utang ini meningkat dari bulan sebelumnya sebesar Rp8.262,10 triliun atau 38,79% terhadap PDB.
Berdasarkan buku APBN edisi Mei 2024, utang negara mayoritas berasal dari dalam negeri yakni sebesar 71,18%. Berdasarkan instrumennya, komposisi utang negara sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) dan mencapai 87,94%.
Pada akhir April 2024, lembaga keuangan memiliki kepemilikan SBN dalam negeri sekitar 43,3% yang terdiri dari bank sebesar 24,5%, serta perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 18,8%.
Selain itu, kepemilikan SBN dalam negeri Bank Indonesia sekitar 21,3% digunakan sebagai alat pengelolaan moneter. Sementara asing dilaporkan hanya memiliki 13,8% kepemilikan SBN dalam negeri, termasuk kepemilikan pemerintah asing dan bank sentral.
Pada perdagangan besok, Jumat (30/5/2024), Ibrahim meyakini rupiah akan bergejolak namun kembali ditutup melemah di kisaran Rp 16.250 hingga Rp 16.330.
—————
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran VA