Bisnis.com, JAKARTA — Volatilitas nilai tukar rupiah yang bahkan tercatat hampir Rp 16.000 pada perdagangan akhir pekan lalu menjadi alasan BI rate dipertahankan di level 6% pasca pengumuman Komisi Perbankan Indonesia. Rapat Gubernur besok, Rabu (20/11/2024). 

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan standar suku bunga atau BI Rate sebesar 6% untuk menjaga stabilitas nilai tukar. 

Apalagi, arah kebijakan Amerika Serikat (AS) – pasca terpilihnya Presiden Donald Trump ketimbang Joe Biden – penuh ketidakpastian. 

Ujarnya dalam Bisnis, Selasa (19/11/2024). 

Pada rapat Dewan Pengurus (RDG) BI bulan lalu, BI rate dipertahankan pada level 6% setelah diturunkan sebesar 25 bps pada bulan Agustus. 

BI rate yang mencapai level maksimal 6,25% setidaknya dipertahankan selama lima bulan atau sejak dinaikkan pada April 2024. 

Selain itu, Kepala Ekonom Bank PT Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo juga memperkirakan suku bunga bank sentral tidak berubah karena nilai tukar masih tertekan. 

Padahal, stabilitas nilai tukar menjadi tujuan utama BI rate yang digelar dalam RDG bulan lalu. 

Selain itu, arus keluar modal asing masih terus terjadi sepanjang bulan ini seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global, baik terkait konflik maupun pemilu presiden AS. 

Pada pekan pertama November 2024 atau berdasarkan data transaksi 4 – 7 November 2024, nonresiden mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 10,23 triliun. Sedangkan data transaksi pada 11 – 14 November 2024 menunjukkan nonresiden mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp7,42 triliun. 

Meski demikian, Banjaran masih berharap Bank Indonesia kembali terpuruk pada tahun ini.

“Saya masih yakin akan menurun pada tahun ini, mengingat BI masih ingin memberikan pesan kepada pasar bahwa akan melanjutkan kebijakan pertumbuhannya pada tahun 2023,” ujarnya. 

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo terus mencermati sejauh mana penurunan BI rate dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi. 

Untuk pemotongan selanjutnya, Perry meminta para pihak bersabar. Ia juga enggan menyebutkan besaran dan waktu penurunan suku bunga BI berikutnya. 

“Untuk saat ini] ada kesabaran, arahnya masih melihat ruang penurunan suku bunga ke depan, masalah timing dan size, kita akan ukur datanya secara independen,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel