Bisnis.com, JAKARTA – Penerbit Ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) memiliki kemampuan untuk menyesuaikan harga jual akibat melemahnya rupee terhadap dolar AS.

Wakil Presiden dan Direktur MAPI Virendra Prakash Sharma mengatakan pihaknya terus menyoroti dampak devaluasi rupee terhadap kinerja grup MAP ke depan.

Namun, Sharma mengatakan perusahaan telah mengambil beberapa langkah yang dapat diprediksi, mulai dari mencakup aturan pembayaran 30% hingga peluang penyesuaian harga jual secara selektif.

“Ini cara kami memitigasi pelemahan rupee. “Harga jualnya juga bisa kita sesuaikan ke pelanggan, tentunya selektif,” ujarnya saat paparan publik di Jakarta, Kamis (27 Juni 2024).

Tahun ini, MAP menargetkan peningkatan laba bersih sebesar 20% per tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan akan fokus pada empat strategi utama.

Sharma menjelaskan, perseroan akan meningkatkan belanja konsumen, baik melalui toko online maupun offline, dengan mempercepat penjualan merek regional dengan mengelola dan memasarkan merek-merek besar di pasar Asia Tenggara (ASEAN).

Langkah selanjutnya adalah mendorong transformasi digital dan teknologi, serta melakukan akuisisi atau menjalin kemitraan strategis. Seluruh upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional MAP hingga akhir tahun ini.

“Kuartal kedua tentu menunjukkan beberapa bentuk perbaikan. “Jika kami melihat portofolio merek dan toko baru yang kami buka di Indonesia dan pasar lainnya, kami yakin kami dapat mencapai pertumbuhan pendapatan sebesar 20%,” kata Sharma.

Sementara itu, ia mengungkapkan laba bersih perseroan juga diperkirakan akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan pendapatan. Namun, dia mengatakan MAP mungkin melihat tekanan pertumbuhan pendapatan sekitar 1% karena kondisi persediaan. 

Pada tahun ini Grup MAP mengalokasikan belanja modal (capex) senilai Rp 2 triliun, dengan serapan belanja modal mencapai Rp 635 miliar hingga kuartal I 2024. Belanja modal tersebut sebagian besar digunakan untuk menambah gerai baru.

————————–

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel