Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada Kamis (7/11/2024) mencapai Rp 16.194,5. Penguatan rupee dibarengi dengan melemahnya greenback.   

Rupee ditutup melemah 46 poin atau 16.194,5 per dolar AS, menurut data Bloomberg. Indeks dolar AS turun 0,12% menjadi 104,92.

Sementara itu, sebagian besar mata uang lain di Asia ditutup menguat. Yen Jepang misalnya menguat 0,06%, sedangkan Korea menguat 0,30%. Sementara itu, Yuan Tiongkok menguat 0,07%, disusul Ringgit Malaysia dan Baht Thailand yang masing-masing menguat 0,20% dan 0,26%.

Dolar AS diperdagangkan dalam kisaran yang ketat setelah kesaksian Ketua Fed Jerome Powell di depan Kongres, kata Ibrahim Assuaibi, direktur pendapatan di Forexindo Futures. 

“Ketua The Fed telah mengidentifikasi kelemahan pasar tenaga kerja baru-baru ini sebagai faktor penting dalam memutuskan apakah bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga,” ujarnya, Kamis (11/7/2024). 

Powell mengatakan dalam pidatonya bahwa tidak tepat untuk menurunkan suku bunga sampai The Fed mempunyai keyakinan lebih besar bahwa inflasi sedang menuju target 2%. Namun, ia meyakini kenaikan inflasi bukanlah satu-satunya ancaman. 

Menurut Ibrahim, Federal Reserve sedang bersiap untuk menurunkan suku bunga pada September 2024. Ia menambahkan, pelaku pasar saat ini sedang mencari informasi tambahan atas komentar Powell menjelang rilis data inflasi konsumen. 

Di dalam negeri, penerapan subsidi dan kompensasi energi akan meningkat pada tahun 2024. Pertumbuhan ini disebabkan oleh perubahan harga minyak mentah (ICP) Indonesia, nilai tukar rupiah, serta peningkatan volume LPG dan listrik bersubsidi. 

Realisasi subsidi dan kompensasi energi pada semester I/2024 mencapai Rp155,7 triliun, turun Rp161,9 triliun atau 3,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Namun jumlah tersebut belum termasuk kompensasi yang akan dihitung pada semester II/2024. Untuk menghindari defisit APBN, pemerintah berencana melakukan pembatasan BBM bersubsidi mulai 17 Agustus 2024, guna mengurangi besaran subsidi. bahan bakar,” kata Ibrahim.  

Untuk mengatur pendistribusian BBM bersubsidi, pemerintah mengeluarkan Peraturan Nomor 2023 yang menyatakan bahwa pembeli BBM bersubsidi harus atas rekomendasi pemerintah daerah, kepala pelabuhan, kepala desa atau lurah – lurah.

Ibrahim memperkirakan defisit APBN menjadi tantangan bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas keuangan dan keseimbangan APBN. Defisit APBN tahun 2024 diperkirakan lebih tinggi dari target. 

“Sehingga dengan meningkatkan penggunaan BBM bersubsidi maka biaya subsidi dapat ditekan sehingga pemerintah dapat lebih berhemat pada APBN 2024 dan mendorong penggunaan bioetanol sebagai alternatif pengganti bensin,” tutupnya. 

Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (12/7/2024), Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah akan tetap sama namun menguat di kisaran Rp 16.140 hingga Rp 16.230 USD. 

—————————

Disclaimer: Berita ini bukan merupakan bujukan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan apa pun yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA