Bisnis.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali ditutup pada perdagangan Rabu (12/6/2024) pada Rp 16.295. Greenback melemah di tengah rekor kelemahannya.

Rupee menguat 4 poin atau 0,02% menjadi Rp 16.295 per dolar AS, menurut data Bloomberg. Indeks dolar AS pun mengalami penurunan sebesar 0,04 persen dan mencapai 105,19.

Pada saat yang sama, sebagian besar mata uang lainnya di Asia ditutup menguat. Misalnya saja yen Jepang yang menguat 0,10%, disusul mata uang Korea 0,15%, dan yuan China 0,01%. Sementara itu, Baht Thailand dan Rupee India masing-masing menguat 0,13% dan 0,01%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar stabil mendekati level tertinggi dalam sebulan terakhir setelah rebound dalam beberapa sesi.

Dia mengatakan, hal ini karena pelaku pasar menunggu sinyal dari rapat The Fed yang berlangsung selama dua hari dan berakhir pada Rabu. Federal Reserve AS diperkirakan tidak mengubah suku bunga acuan saat ini.

Namun, sinyal apa pun mengenai keputusan suku bunga ke depan akan dicermati dengan ketat, terutama di tengah spekulasi kemungkinan penurunan suku bunga pada September, kata Ibrahim, Rabu (12/6/2024).

Pelaku pasar, lanjutnya, mungkin juga mewaspadai sikap The Fed, mengingat tingginya inflasi dan pasar tenaga kerja yang kuat.

Selain itu, data inflasi Tiongkok juga meningkatkan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi negaranya. Meskipun inflasi indeks harga produsen melambat, inflasi indeks harga konsumen meningkat kurang dari perkiraan dan hampir tidak keluar dari wilayah kontraksi.

“Indikator-indikator tersebut menunjukkan belanja konsumen yang merupakan mesin utama perekonomian Tiongkok masih lemah meskipun aktivitas pabrik meningkat,” ujarnya.

Dalam perkembangan lain, para ekonom menyambut baik pengumuman Bank Dunia yang menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini karena ekspansi yang kuat di Amerika Serikat.

Namun Bank Dunia telah memperingatkan bahwa perubahan iklim, perang, dan utang yang tinggi akan merugikan negara-negara miskin, rumah bagi sebagian besar penduduk dunia.

Bank Dunia merevisi perkiraannya pada bulan Januari dari 2,6 persen menjadi 2,4 persen. Tahun 1990an menandai berakhirnya setengah dekade terburuk pertumbuhan perdagangan.

“Proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi global ini akan berdampak positif terhadap perekonomian Asia Tenggara khususnya Indonesia yang diperkirakan pemerintah dan Bank Indonesia sekitar 5,11% setiap tahunnya,” kata Ibrahim.

Pada perdagangan besok, Kamis (12/6/2024), Ibrahim memperkirakan mata uang Rupiah akan berfluktuasi namun menguat di kisaran Rp16.250 hingga Rp16.320.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA