Bisnis.com, JAKARTA – Rupee ditutup melemah terhadap dolar AS hingga hampir menyentuh angka Rp 16.000 pada perdagangan hari ini, Selasa (21 Mei 2024). Beberapa mata uang Asia lainnya berfluktuasi sore ini, sedangkan dolar AS datar.

Rupiah ditutup melemah 0,13% atau 21 poin pada Rp 15.998 per dolar, menurut data Bloomberg. Sementara itu, Indeks Mata Uang Paman Sam masih tertahan di level 104,56.​

Sejumlah mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS siang ini. Misalnya dolar Taiwan baru turun 0,15%, won Korea turun 0,54%, peso Filipina turun 0,61%, yuan Tiongkok turun 0,04%, dan ringgit Malaysia turun 0,16%. ​

Pada saat yang sama, yen Jepang, mata uang Asia yang tidak terpengaruh oleh dolar, naik 0,04%, dolar Singapura naik tipis 0,01%, dan rupee India naik 0,06%.

Ibrahim Assuaibi, direktur keuntungan Forexindo Berjangka, mengatakan komentar dari pejabat Fed adalah bahwa bank sentral perlu lebih meyakinkan bahwa inflasi sedang turun dan suku bunga tidak mungkin berubah untuk beberapa waktu.​

“Hal ini menjadikan fokus pada risalah pertemuan akhir April Federal Reserve yang dijadwalkan pada Rabu untuk memahami lebih lanjut sikap suku bunga bank,” kata Ibrahim dalam Riset, Selasa (21 Mei 2024).

Setelah data minggu lalu menunjukkan tekanan harga konsumen mereda pada bulan April, beberapa pihak menyerukan kebijakan yang lebih hati-hati pada hari Senin, dengan pejabat Fed belum siap untuk mengatakan bahwa inflasi sedang menuju target 2% yang ditetapkan oleh Fed.​

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja neraca pembayaran (NPI) Indonesia pada triwulan I-2024 tetap stabil. Mengingat perlambatan ekonomi global, defisit transaksi berjalan masih rendah. Pada saat yang sama, defisit transaksi modal dan keuangan tetap terkendali, mencerminkan dampak meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Akibat perkembangan tersebut, neraca pembayaran Indonesia pada triwulan I-2024 tercatat defisit sebesar US$6 miliar. Hingga akhir Maret 2024, cadangan devisa masih berada pada level tinggi sebesar US$140,4 miliar sehingga mendukung impor dan ekspor. pembiayaan selama 6,2 bulan setara dengan pembayaran utang luar negeri negara tersebut lebih tinggi dari standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Mengingat perlambatan ekonomi global, transaksi berjalan mengalami sedikit defisit. Pada kuartal pertama tahun 2024, defisit transaksi berjalan sebesar US$2,2 miliar, menyumbang 0,6% PDB, naik dari defisit sebesar US$1,1 miliar, menyumbang 0,3% PDB, pada kuartal keempat tahun 2023.

“Mata uang Rupee diperkirakan akan berfluktuasi pada perdagangan besok, namun ditutup melemah pada kisaran Rp 15.980 hingga Rp 16.040,” pungkas Ibrahim.

Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan saluran WA