Bisnis.com, JAKARTA — Hari ini, Rabu (16/10/2024), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mulai diperdagangkan menguat hingga 15.512 dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 0,49% atau 76,5 poin menjadi Rp15.512 per dolar AS. Sedangkan indeks dolar AS melemah 0,07% menjadi 103,18.

Seperti rupee, beberapa mata uang Asia menguat. Misalnya saja yen Jepang menguat 0,11%, dolar Singapura menguat 0,05%, dolar Taiwan menguat 0,04%, dolar Korea Selatan menguat 0,22%, dan yuan Tiongkok menguat 0,03%.

Selain itu, Rupee India menguat 0,03%, Peso Filipina menguat 0,11% dan baht Thailand menguat 0,2%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan pada perdagangan saat ini rupiah akan berfluktuasi namun akan menguat pada kisaran Rp15.530-Rp15.630 per dolar AS. 

Ada sejumlah emosi yang mempengaruhi fluktuasi Rupee. Dari luar negeri, serangkaian data AS menunjukkan perekonomian tetap kuat dan hanya sedikit melambat, sementara inflasi meningkat sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada September 2024.

Kondisi ini menyebabkan para pedagang mengurangi ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga besar-besaran oleh The Fed.

Sejumlah komentar dari pejabat Fed juga mendorong dolar AS. Gubernur Christopher Waller, misalnya, mengatakan ia mendukung pendekatan hati-hati terhadap penurunan suku bunga lebih lanjut pada bulan depan, mengingat tanda-tanda baru-baru ini dari kuatnya perekonomian AS dan meningkatnya biaya hidup.  

Kemudian, lemahnya data perekonomian Tiongkok mengurangi sentimen terhadap negara tersebut. Data minggu ini menunjukkan neraca perdagangan Tiongkok melebar sedikit lebih besar dari perkiraan karena pertumbuhan ekspor melambat tajam. 

Dari sisi domestik, seperti yang diperkirakan, neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus selama 53 bulan berturut-turut. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus perdagangan pada September 2024 sebesar 3,26 miliar dolar. 

Dengan kondisi tersebut, neraca perdagangan Indonesia terus mempertahankan tren surplus hingga Mei 2020. Komoditas yang menyumbang surplus terbesar adalah minyak mineral, lemak dan minyak daging, serta besi dan baja.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel