Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (25/9/2024) ini, mencapai Rp15.107 per dolar AS.

Rupiah dibuka menguat 0,53% atau 80 poin ke Rp15.107, menurut data Bloomberg. Sedangkan indeks dolar AS melemah 0,13% menjadi 100,33.

Banyak mata uang Asia, seperti Rupee, juga menguat. Misalnya dolar Taiwan menguat 0,48%, won Korea Selatan 0,09%, peso Filipina 0,6%, dan yuan China 0,21%.

Sementara itu, beberapa mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan. Misalnya saja yen Jepang melemah 0,14%, dolar Hong Kong melemah 0,01%, dan rupee India melemah 0,14%.

Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka mengatakan, rupee diperkirakan bergerak fluktuatif pada perdagangan Rabu (25/9/2024) hari ini, namun berpotensi ditutup menguat pada kisaran Rp15.130 hingga Rp15.230 per dolar AS.

Ada sejumlah emosi yang mempengaruhi gejolak rupee. Aktivitas bisnis AS di luar negeri stabil pada bulan September 2024, namun harga rata-rata barang dan jasa meningkat pada tingkat tercepat dalam enam bulan; Hal ini mungkin menunjukkan bahwa inflasi akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang. 

Data tersebut muncul setelah The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pekan lalu. Beberapa pejabat berkomentar awal pekan ini bahwa langkah tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan perekonomian yang berkembang dan sehat. 

Pasar Tiongkok menguat setelah pemerintah mengumumkan serangkaian langkah stimulus; yang paling penting adalah mengurangi persyaratan cadangan bagi bank dan menurunkan suku bunga hipotek untuk meningkatkan pasar real estat. Langkah ini meningkatkan harapan pemulihan perekonomian terbesar di Asia, yang kemudian dapat menyebar ke seluruh wilayah. 

Dari dalam negeri, pemerintah Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan tetap stabil pada kuartal III-2024 akibat penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dan The Fed. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,06% setiap tahunnya (YoY/YoY). Prakiraan ini cenderung stabil dari selesainya triwulan II tahun 2024 yaitu 5,05 tahun per tahun.

Sementara ketidakpastian atau volatilitas di pasar keuangan mulai menurun dan membaik, kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/9/2024). katanya.

Aliran modal mulai mengalir ke pasar saham dan obligasi pemerintah (SBN). Meski arah kebijakan moneter negara maju, khususnya Amerika Serikat, sudah menunjukkan soft landing, namun pemerintah Indonesia akan tetap mewaspadai kondisi geopolitik, termasuk pemilu AS, yang akan menentukan arah kebijakan. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel