Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah menguat hingga Rp16.285 terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis (13/6/2024). Penurunan ini terjadi ketika pertumbuhan tercatat.

Rupiah menguat 9,50 poin atau 0,06% menjadi Rp16.285 per dolar AS, mengutip data Bloomberg. Indeks dolar AS menguat 0,12% menjadi 104,77.

Sementara itu, sebagian besar mata uang Asia lainnya dibuka menguat. Misalnya saja Won Korea menguat 0,28%, Yuan Tiongkok menguat 0,03%, dan Ringgit Malaysia menguat 0,25%. Kemudian, baht Thailand dan rupee India masing-masing menguat 0,13% dan 0,01%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaybi mengatakan indeks dolar stabil setelah beberapa sesi mendekati level tertinggi dalam sebulan terakhir.

Menurut dia, hal tersebut dikarenakan pelaku pasar menunggu sinyal dari rapat The Fed yang berlangsung selama dua hari dan berakhir pada Rabu. Federal Reserve AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dasar saat ini tidak berubah.

“Namun, sinyal apa pun mengenai keputusan suku bunga di masa depan akan diawasi dengan ketat, terutama di tengah spekulasi kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September,” kata Ibrahim dalam catatan penelitiannya, Rabu (12/6/2024).

Dia menambahkan, pelaku pasar mewaspadai kemungkinan The Fed mengambil sikap balkon di tengah tingginya inflasi dan pasar tenaga kerja yang kuat.

Selain itu, data inflasi Tiongkok juga menimbulkan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi negaranya. Meskipun inflasi indeks harga produsen mereda, inflasi indeks harga konsumen meningkat kurang dari perkiraan dan sedikit di atas batas kontraksi.

“Angka-angka ini menunjukkan bahwa belanja konsumen, penggerak utama perekonomian Tiongkok, masih lemah meski aktivitas pabrik meningkat,” katanya.

Dalam perkembangan lainnya, para ekonom menyambut baik pengumuman Bank Dunia, yang kembali menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini karena kuatnya ekspansi AS.

Namun Bank Dunia memperingatkan bahwa perubahan iklim, perang, dan utang akan meningkat di negara-negara miskin, tempat tinggal mayoritas penduduk dunia.

Bank Dunia menaikkan perkiraannya menjadi 2,6% dari 2,4% pada bulan Januari. Akhir dari setengah dekade pertumbuhan perdagangan terburuk sejak tahun 1990an.

“Peningkatan pertumbuhan ekonomi global ini akan berdampak positif terhadap perekonomian Asia Tenggara, khususnya perekonomian Indonesia. Pemerintah dan Bank Indonesia memperkirakan sekitar 5,11% setiap tahunnya,” kata Ibrahim.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA