Bisnis.com, Jakarta – Rupee dibuka melemah terhadap dolar AS pada Senin (24 Juni 2024), menyentuh Rp 16.465. Depresiasi rupee terjadi di tengah penguatan dolar AS.

Rupee dibuka 15 poin atau 0,09% pada Rp 16.465 terhadap dolar AS, menurut data Bloomberg. Indeks dolar naik 0,05% menjadi 105,84.

Sementara itu, sebagian besar mata uang Asia lainnya memulai perdagangan dengan cara yang berbeda. Misalnya, Won Korea terdepresiasi 0,19%, Yuan Tiongkok terdepresiasi 0,01%, dan Yen Jepang terapresiasi 0,04%. Sedangkan ringgit Malaysia terdepresiasi 0,01% dan peso Filipina menguat 0,04%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan meski rupiah bergejolak, ia memperkirakan harga penutupan hari ini berada di kisaran Rp 16.440 hingga Rp 16.510.

Dia mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus memanfaatkan kekuatan fundamental perekonomian, seperti surplus perdagangan, daripada melakukan intervensi valuta asing atau memanfaatkan cadangan devisa yang terbatas untuk menaikkan suku bunga dalam negeri untuk menjaga stabilitas rupiah.

Dialah Jumat (21/6/2024).

Sementara itu, Ibrahim mengatakan pasar memantau ketidakpastian arah kebijakan fiskal, yang juga berkontribusi terhadap melemahnya rupee. Sebab, defisit fiskal diperkirakan sekitar 2,8% dari produk domestik bruto (PDB), mendekati batas atas 3%.

Ia menambahkan, ketidakpastian juga bersumber dari sikap Prabowo Subianto yang terkesan murah hati terhadap utang, bahkan ada rumor yang menyebutkan ia ingin menaikkan rasio utang pemerintah menjadi sekitar 50% dari produk domestik bruto (PDB). Namun kabar tersebut dibantah kubu Prabowo.

“Kami berharap pemerintahan baru Prabowo Gibran segera menyampaikan komitmen disiplin fiskal untuk mengurangi risiko fiskal tanpa memicu sentimen negatif terhadap rupiah,” kata Ibrahim.

Pada saat yang sama, statistik penjualan ritel AS bulan Mei yang dirilis minggu ini kurang signifikan, dan pasar tenaga kerja tampak lemah. Klaim pengangguran baru di AS turun pada minggu lalu, namun masih lebih tinggi dari perkiraan.

Data menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat meski terjadi penurunan bertahap. Kemerosotan indikator ekonomi AS baru-baru ini telah memicu spekulasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dua kali pada akhir tahun 2024.

Selain itu, pelaku pasar mewaspadai tanda-tanda bahwa Bank of Japan (BOJ) akan terus melakukan intervensi terhadap apresiasi yen. Pertimbangkan bahwa pada akhir bulan April, mata uang berada pada level terendah dalam 34 tahun.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel