Bisnis.com, JAKARTA – Hari ini, Rabu (8/5/2024), rupiah dibuka pada level Rp 16.095 terhadap dolar AS. Sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar AS sementara dolar AS menguat.
Rupiah dibuka menguat 0,31% atau 49,5 poin ke Rp16.095 per dolar AS, berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09:10 WIB. Sedangkan Indeks Uang Paman Sam menguat 0,11% menjadi 105,53.
Mata uang Asia lainnya yang melemah terhadap dolar AS antara lain dolar Singapura sebesar 0,12%, yen Jepang sebesar 0,30%, dolar Taiwan sebesar 0,27%, dan won Korea sebesar 0,33%. Selain itu, Peso Filipina melemah 0,28%, Ringgit Malaysia turun 0,18%, Baht Thailand turun 0,29%, dan Yuan Tiongkok turun 0,07%.
Ibrahim Assuaibi, Head of Income Forexindo Futures, memperkirakan rupiah akan berfluktuasi namun mendekati menguat antara Rp 16.000 hingga 16.080 per dolar AS.
Dia mengatakan komentar dari pejabat bank sentral mengenai perkembangan suku bunga akan menjadi fokus minggu ini, terutama setelah data non-farm payrolls yang lebih lemah dari perkiraan. Pelaku pasar juga memperkirakan bank sentral mempunyai kemungkinan menurunkan suku bunga.
“Namun gagasan ini tidak memberikan banyak dukungan bagi mata uang Asia mengingat bank sentral diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga lebih lanjut pada bulan September,” kata Ibrahim dalam catatan penelitiannya, Rabu (8/5/2024).
Menurut Ibrahim, pasar saat ini menunggu data inflasi dan pertumbuhan upah di Jepang untuk menilai kenaikan suku bunga Bank of Japan (BOJ) yang diperkirakan akan melonggarkan mata uang negara tersebut.
Kementerian Keuangan Nasional (Kemenkeu) mengumumkan utang negara sebesar Rp 8.262,10 triliun pada akhir Maret 2024. Nilai tersebut setara dengan 38,79% produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Posisi utang tersebut mengalami penurunan dibandingkan posisi Februari 2024 yang tercatat sebesar Rp8.319,2 triliun atau setara 39,06 persen PDB, kata Ibrahim.
Sementara itu, pada Maret 2024, rasio utang terhadap PDB akan dijaga di bawah batas aman sebesar 60 persen terhadap PDB sesuai UU No. 17/2003 tentang keuangan negara. Posisi tersebut juga lebih baik dibandingkan penerapan strategi pengelolaan utang jangka menengah 2024-2027 sekitar 40 persen.
Lebih spesifiknya, sebagian besar utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan porsi sebesar 71,52%. Hal ini sejalan dengan kebijakan umum pembiayaan utang dalam rangka mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan melengkapi utang luar negeri.
—————-
Penafian: laporan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.
Kunjungi Google Berita dan Saluran WA untuk berita dan artikel lainnya