Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah ditutup melemah Rp15.689 terhadap dolar AS pada awal perdagangan mingguan hari ini, Senin (11/11/2024).

Rupiah ditutup menguat 0,11% atau 17,5 poin di Rp15.689 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg. Sementara indeks dolar terlihat menguat 0,32% ke 105,225.

Banyak mata uang regional Asia lainnya bergerak berbeda terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,78%, dolar Singapura 0,42%, baht Thailand 0,25%, dan yuan China 0,07%.

Selain itu, Peso Filipina melemah 0,54%, Won Korea menguat 0,03%, Ringgit Malaysia melemah 0,63%, Dolar Taiwan melemah 0,66%, Dolar Hong Kong menguat 0,02%, dan Rupee India melemah 0,02%. .

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah siang ini melemah 17,5 poin (11/11) sebelum menguat 10 poin menjadi Rp15.689,5 dari penutupan sebelumnya Rp15.672.

Sementara pada perdagangan besok (12/11), ia memperkirakan rupiah akan bergejolak namun ditutup melemah di kisaran Rp15.670.

Ibrahim mengatakan beberapa pejabat Fed akan berbicara minggu ini, termasuk Ketua Jerome Powell, yang akan memberikan banyak panduan mengenai prospek suku bunga.

Dia menjelaskan bahwa data tersebut juga akan berpengaruh, dengan harga konsumen AS yang akan dirilis pada hari Kamis dan angka inti di atas 0,3% diperkirakan akan semakin mengurangi kemungkinan perlambatan pada bulan Desember.

Semua itu, menurutnya, tampaknya bermanfaat bagi dolar dalam jangka panjang, meski masih harus dilihat bagaimana sebenarnya kebijakan Trump akan diterapkan.

Selain itu, ringkasan komentar dari pertemuan kebijakan Bank of Japan pada bulan Oktober menunjukkan beberapa anggota tidak yakin bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga lagi mengingat volatilitas pasar, sehingga mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga pada bulan Desember.

Dia menjelaskan bahwa keputusan tersebut tidak akan menjadi lebih mudah karena ketidakpastian politik, karena anggota parlemen Jepang akan memutuskan pada hari Senin mengenai sikap Perdana Menteri Shigeru Ishiba setelah koalisinya kehilangan mayoritas di parlemen pada akhir bulan lalu.

Sebelumnya, sebagian besar investor kecewa setelah Kongres Rakyat Nasional Tiongkok mengumumkan sekitar 12 triliun yuan ($1,6 triliun) program pertukaran utang untuk meningkatkan keuangan pemerintah daerah.

Namun dia mengatakan investor kurang antusias karena kurangnya stimulus fiskal langsung dan langkah-langkah yang ditargetkan untuk meningkatkan pasar perumahan dan konsumsi pribadi.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel