Bisnis.com, JAKARTA – PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) atau emiten yang mengoperasikan jaringan restoran cepat saji seperti Pizza Hut dan PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) atau KFC mengalami kerugian bersih. jumlah fasilitas perbelanjaan juga berkurang.
FAST membukukan kerugian sebesar 266,45% year-on-year (y/y) menjadi 557,08 miliar rupiah pada kuartal ketiga tahun 2024, dibandingkan dengan kerugian sebesar 152 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu, menurut laporan keuangan.
Laba operasional KFC Indonesia sebesar Rp 3,58 triliun pada kuartal III 2024. juga turun 22,34 persen dari Rp4,61 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Manajemen Pizza Hut selanjutnya mengumumkan rugi bersih sebesar Rp 96,71 miliar pada kuartal III 2024, naik 148,25% dari rugi bersih sebesar Rp 38,95 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara penjualan bersih PZZA turun 25,93% menjadi Rp 2,75 triliun pada 3Q2024. dari Rp 25,93 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Emiten pengelola jaringan restoran lainnya adalah PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB) juga membukukan rugi bersih kuartal III 2024 sebesar Rp 79,13 miliar, turun dibandingkan laba bersih kuartal III 2023 sebesar Rp 111,44 miliar.
MAPB juga melaporkan penurunan penjualan sebesar 21,1% menjadi Rp 2,42 triliun pada kuartal III tahun 2024.
MAPB sendiri merupakan emiten yang mengoperasikan gerai makanan dan minuman dengan merek seperti Starbucks, Pizza Marzano, Krispy Kreme dan Subway.
Ardita Lukita, Direktur Sarimelati Kenkana Pizza Hut, mengatakan ada dua masalah yang mempengaruhi operasional perusahaan tahun ini. Pertama, kondisi perekonomian yang berkembang di Indonesia dimana daya beli masyarakat mengalami penurunan.
Kedua, faktor geopolitik. “Dampak geopolitik terlihat pada pemikiran sosial, kita memang mulai terpuruk,” ujarnya dalam keterangan publik yang dikutip, Senin (18/11/2024).
Sebelumnya, Presiden Sarimelati Kenkana Hadian Ishvara juga mengungkapkan, boikot Israel menjadi faktor yang mempengaruhi operasional perusahaan sejak tahun lalu.
“Krisis Palestina telah menyebabkan perubahan preferensi sebagian konsumen dan juga mempengaruhi operasional perusahaan,” ujarnya dalam laporan tahunan PZZA.
Sementara itu, manajemen FAST menegaskan penurunan kinerja keuangan merupakan dampak dari pemulihan grup dari pandemi Covid-19, ketika penjualan tidak sesuai ekspektasi dan kondisi pasar memburuk akibat dampak krisis Timur Tengah.
“Kedua permasalahan tersebut berdampak negatif terhadap kinerja perseroan untuk periode 9 bulan yang berakhir 30 September 2024,” jelas manajemen FAST dalam laporan keuangan yang diterbitkan Kamis (7/11/2024).
Jumlah fasilitas perbelanjaan mengalami penurunan
Seiring dengan menurunnya indikator keuangan, jumlah gerai KFC dan Pizza Hut di Indonesia pun semakin berkurang.
Pizza Hut sendiri kini hadir di 36 provinsi di Indonesia. Namun Pizza Hut mengalami tren penurunan jumlah gerai seiring dengan meningkatnya kerugian dan penurunan penjualan.
Pada kuartal ketiga tahun 2024, jumlah gerai Pizza Hut di Indonesia akan mencapai 595, turun 17 dibandingkan year-on-year.
Boy Ardhitya Lukito selaku direktur PZZA mengatakan perseroan tidak akan fokus melakukan ekspansi ke depan. “Pada tahun 2024, kami menyadari bahwa peningkatan restoran kami bisa memakan waktu puluhan tahun, dan ada beberapa gerai yang sudah ketinggalan zaman atau memiliki desain yang ketinggalan jaman,” kata Boyer.
Setelah itu, FAST mencatat adanya penurunan jumlah gerai. Per 31 Desember 2023. perseroan hanya mengoperasikan 715 restoran dibandingkan sebelumnya 762 gerai per 30 September 2024. Penutupan 47 gerai tersebut juga berdampak pada kinerja 2.274 karyawan, menurut laporan keuangan.
Namun berbeda dengan MAPB yang mengoperasikan kedai kopi Starbucks. Terdapat 607 gerai Starbucks pada kuartal pertama tahun 2024, dibandingkan dengan 563 gerai pada Mei 2023.
MAPB sendiri merupakan anak perusahaan emiten ritel MAP Group, PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI). Mengutip catatan bisnis, Vice President Investor Relations, Corporate Communications and Sustainability MAP Group Ratih Darmawan Gianda mengatakan MAP Group sangat berhati-hati dalam menutup gerai karena berdampak langsung terhadap hajat hidup orang banyak.
“Kita harus melihat dari sudut pandang yang lebih luas karena pekerjanya 100% orang Indonesia, dan konsekuensi jangka panjangnya berbahaya bagi Indonesia karena angka pengangguran bisa tinggi,” ujarnya dalam pidato publik pada akhir Juni 2024. .
__________
Penafian: Buletin ini tidak dimaksudkan untuk membujuk Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA